Rakuten Buka Pusat Riset di Singapura dan Boston
JAKARTA, PCplus – Perusahaan e-commerce terbesar di Jepang, Rakuten, telah membuka dua cabang baru dari pusat risetnya. Salah satunya berlokasi di Asia, yakni Singapura. Satunya lagi di Boston, AS.
Rakuten Institute of Technology begitu namanya. Untuk mendukung R&D dan juga ekspansinya ke seluruh dunia, Rakuten juga memiliki cabang di New York, Tokyo dan Paris.
Kedua cabang baru ini akan bekerjasama dengan universitas dan organisasi-organisasi lain untuk merekrut para peneliti. Salah satu proyek pertamanya adalah mencari para ilmuwan yang dapat membantu Rakuten memanfaatkan data dari Viki, layanan streaming video yang dibelinya pada 2013.
Rekomendasi Produk PCplus
-
Sale!
ASUS Zenbook 14 OLED UX3405MA-OLEDS511 – Ponder Blue
Rp16,999,000.00 Beli Sekarang -
GEEKOM Mini PC MiniIT11 Intel Core i7-11390H 16GB DDR4 512GB SSD Win11
Rp6,290,000.00 Beli Sekarang -
Sale!
ASUS ROG FLOW X13 GV301RA – R7RADA6T-O – R7-6800HS – SSD 512GB – 120HZ
Rp18,699,000.00 Buy product -
Sale!
Lenovo ideapad Slim 3i-14ITL6 – HYID i3-1115G4 SSD 256GB Arctic Grey
Rp5,899,000.00 Beli Sekarang
Selain Viki, Rakuten juga mengakuisisi messaging app Viber, bisnis e-commerce Buy.com dan Ebates, platform e-book Kobo, distributor konten digital OverDrive dan perusahaan konten online PopSugar. Kabarnya Rakuten juga berniat menggalang dana US$ 1,5 miliar melalui penjualan saham untuk melakukan lebih banyak akuisisi.
Semua hasil akuisisi tersebut bertujuan menjadikan Rakuten sebagai perusahaan internet global yang mampu menyaingi Amazon. Rakuten Institute of Technology diharapkan bisa mempercepat proses tersebut. Rakuten Institute of Technology Singapore akan berfokus pada memahami perilaku pengguna dan dikepalai oleh Dr. Ewa Szymanska, seorang psikologis dengan spesialisasi mencakup pengambilan keputusan konsumer. Sementara cabang Boston akan dipimpin oleh Dr. Ankur Datta, yang mengawasi machine learning, deep learning, artificial intelligence, dan big data.
Rakuten Institute of Technology Boston khususnya menarik karena juga akan mengembangkan teknologi-teknologi baru untuk berkompetisi dengan produk dari perusahaan seperti Skype dan Amazon, yang menggunakan deep learning dan machine-learning untuk memotori masing-masing real-time translation tool dan facial recognition system-nya.