Tuesday, March 19, 2024
Fitur

Smartphone-mu Menjadi Panas? Ini Penyebabnya!

ponsel kepanasanBegitu dinyalakan, smartphone akan terasa panas. Namun ponsel yang kepanasan (overheat)
bisa menjadi masalah serius: merusak perangkat dan mempengaruhi kinerja. Apa yang menyebabkan ponsel panas, lalu kepanasan? Dan bagaimana mencegahnya?

Hmm, jawabannya sederhana: gerakan menghasilkan panas. Smartphone kita harus menggerakkan sesuatu untuk bisa bekerja, jadi mereka harus menghasilkan panas. Jumlah panas yang dihasilkan smartphone setara dengan jumlah listrik yang mengalirinya. Jadi kalau kamu memainkan game yang meminta banyak dari CPU dan GPU (keduanya berada di SoC – system-on-a-chip), mereka akan menjadi hangat, karena membutuhkan lebih banyak daya  untuk melakukan tugas-tugasnya.

Tak usah kuatir jika ponselmu terasa hangat. Mereka memang dirancang untuk bekerja seperti itu. Namun kamu perlu kuatir jika rasa panasnya berlebihan.

Jadi mengapa smartphone bisa kepanasan?
Umumnya, SoC sudah dioptimalkan, dan karenanya jarang kepanasan (overheating). SoC sudah dirancang untuk menangani suhu yang tinggi. Jika perangkatmu mendekati suhu yang bisa merusak, kecepatan prosesor akan diturunkan. Jadi kecepatan operasi yang melambat bisa menjadi salah satu pertanda overheating. Kalau kasusnya lebih parah, sebuah peringatan akan ditampilkan di layar, untuk mencegah kamu menggunakan perangkat sampai ia telah mendingin.

Jika perangkatmu sering kepanasan, biasanya ini disebabkan oleh hardware yang terlalu berat bekerja. Misalnya kau kelamaan memakai Gear VR, atau kelamaan menjalankan app-app yang berat, yang membebani CPU. Kegiatan multitasking, fitur dan fungsi tambahan seperti widgets, dan hal-hal yang menuntut ponselmu untuk mengecek konektivitasnya seperti Wi-Fi, Bluetooth, atau apa pun, semua membutuhkan daya pemrosesan. Ini membuat SoC bekerja dan daya listrik yang lebih banyak, dan memanasi baterai..

Namun juga ada hal-hal lain yang bisa membuat ponsel kepanasan. Contoh, meletakkan ponsel di cahaya matahari langsung. Tapi kalau kamu tidak memforsir smartphone dan smartphone tetap selalu kepanasan, mungkin penyebabnya adalah hardware yang tidak bekerja semestinya. Kalau sudah begini, ada baiknya kamu mempertimbangkan penggantiannya.

Salah satu contoh hardware-nya tidak dioptimalkan dengan baik sehingga menyebabkan smartphone kepanasan adalah chip Qualcomm Snapdragon 810. Sejak awal, chip ini sudah didera rumor kepanasan. Untuk mengatasinya, chip menurunkan kecepatannya, sehingga kinerja menjadi lebih lambat, seperti yang terjadi pada beberapa model Sony. Sony telah merilis multiple software patches untuk Xperia Z3+ dan menambahkan cooling pipes pada model Xperia Z5. Samsung juga melakukannya pada  Galaxy S7 dan S7 Edge.

Intinya, kebanyakan smartphone tidak akan rusak karena beberapa kali kepanasan karena sudah ada faktor pengaman di dalamnya. Namun jika ini sering sekali terjadi dan panasnya keterlaluan sampai seakan-akan membakar, perangkatmu bisa rusak.

Apa saja yang bisa kepanasan?

Pertama, baterai lithium-ion yang terpasang di dalam smartphone. Baterai isi-ulang ini sensitif terhadap panas. Ia akan mulai terganggu jika di-charge di atas 30 derajat Celcius. Di atas suhu itu, baterai akan mengalami degradasi — mengurangi kapasitasnya secara lebih cepat sehingga baterai cepat rusak. Umumnya usia baterai berkisar 2 tahun.

Baterai yang kepanasan bisa meledak. Untung hal ini jarang terjadi. Sebab untuk bisa meledak, baterai harus berada pada suhu di atas 200 derajat Celcius – yang sangat tidak mungkin terjadi dalam kehidupan normal sehari-hari.

Yang juga bisa kepanasan adalah system-on-a-chip (SoC). Jika SoC kepanasan, kecepatan prosesor akan diturunkan untuk mencegah overheating. Akibatnya, perangkatmu menjadi lamban, bahkan sampai tidak bisa dipakai. Jika panasnya terlalu tinggi dan berlangsung lama, chip bisa rusak secara fisik. Namun seperti pada kasus baterai, hal ini jarang terjadi karena sudah ada faktor pengaman yang dipasang.


Lalu apa yang perlu dilakukan untuk mencegah overheating?

Jangan memaparkan baterai ke panas saat baterainya terisi penuh. Jangan mengisinya sampai 100% karena baterai Li-ion akan secara periodik dicek dan di-charge sampai 100%, dan ini menyebabkan tekanan (stress).

Kedalaman discharge juga mempengaruhi usia baterai. Jadi, disarankan untuk tidak menunggu charge sampai kondisi 0%. Jika kamu men-charge dari, misalnya, 30% sampai 80%, itu lebih baik bagi baterai agar ponsel tidak kepanasan. Walaupun mengesalkan, perlakuan ini bisa menggandakan jumlah siklus charging baterai.

O ya, jangan menggunakan smartphone yang sedang di-charge. Ini bisa membuat baterai bekerja keras – melakukan dischage dan charge – yang mungkin akhirnya membuat kemasan baterai bengkak, menggelembung.

Agar SoC tidak kepanasan, pastikan kamu tidak memainkan game-game yang berat atau berlama-lama menonton video. Juga jangan melakukan multitasking pada aplikasi-aplikasi yang menuntut banyak. Pun hindari berlama-lama menggunakan Bluetooth. Satu lagi, gunakan Wi-Fi hanya jika koneksinya stabil.

Wiwiek Juwono

Senior Editor di InfoKomputer dan PCplus. Memiliki spesialisasi di penulisan fitur, berita, serta pengujian gadget dan asesori komputer