Menurut Erik Meijer (Presiden Direktur Telkomtelstra) dalam siaran pers Telkomtelstra, berkembangnya digitalisasi perekonomian menjadikan Indonesia sebagai pasar yang dinamis, khususnya dengan pertumbuhan start-up berbasis teknologi dalam negeri yang terus berkembang dari sisi sektor bisnis maupun jumlah. Dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya, pada tahun 2016, Indonesia tercatat sebagai negara yang memiliki jumlah start-up tertinggi dengan sekitar dua ribu start-up.
Pertumbuhan start-up ini juga diprediksi akan terus meningkat sampai dengan 6,5 kali lipat pada tahun 2020 (CHGR, 2016). Tumbuhnya pasar start-up teknologi yang sangat pesat di dalam negeri ini mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kian menguat, serta membuktikan ketersediaan teknologi yang terus berkembang untuk mendukung pertumbuhan industri ini.
Lebih jauh Erik Meijer menyatakan bahwa para investor global juga mulai melirik Indonesia sebagai negara dengan potensi ekonomi digital yang tinggi. Berdasarkan laporan investasi per kuartal yang dirangkum oleh Tech in Asia, pada kuartal kedua tahun 2016 saja, terdapat investasi senilai Rp2,09 triliun bagi 28 start-up di Indonesia. Nilai ini mengindikasikan peningkatan yang stabil sebesar lebih dari seratus persen di setiap kuartal pada setahun terakhir.
Erik Meijer juga menyatakan bahwa dari berbagai sektor bisnis yang digeluti oleh para start-up di Indonesia, e-commerce dan marketplace merupakan sektor start-up yang paling banyak diminati oleh investor global. Khusus untuk sektor e-commerce, menurut Indonesia Startup Report 2015 yang dirilis oleh DailySocial.id, Indonesia kerap dianggap sebagai negara acuan di bidang e-commerce setelah Cina dan India. Kepercayaan bisnis ini juga sejalan dengan performa penjualan sektor e-commerce di sepanjang tahun 2016 yang diprediksi tumbuh sebesar 22%. Sementara di India hanya 0,24% dan 0,15% secara global.
Erik Meijer menambahkan, transformasi teknologi digital di Indonesia turut mendorong pertumbuhan ekonomi. Sektor TIK menjadi penyumbang GDP terbesar kedua di Indonesia di semester 1 2016. Meski menurun tipis sebesar 1,7% dari tahun 2015, sektor TIK masih memberi peluang besar bagi para pelaku industri untuk menginvestasikan dana atau mengembangkan bisnis teknologi informasi dan komunikasi. Sementara, sektor keuangan dan asuransi menempati posisi pertama dengan nilai kontribusi sebesar 11,4%. Hal ini juga disebabkan karena pesatnya perkembangan teknologi digital di sektor ini.
Pemerintah Indonesia juga menyadari potensi besar yang dapat diperoleh melalui penggunaan teknologi, khususnya peranannya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi bangsa. Presiden Joko Widodo di awal tahun mengungkapkan target untuk menciptakan seribu teknopreneur dan developer. Hal ini sejalan dengan upaya untuk memaksimalkan potensi industri digital di Indonesia yang diperkirakan akan mencapai US$130 miliar pada tahun 2020. Guna mendukung hal tersebut, pemerintah Indonesia menyadari pentingnya fokus pada persoalan deregulasi dan pembangunan infrastruktur, investasi dan ekspansi bisnis.
Menurut Telkomtelstra, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini merupakan pengaruh positif dari perkembangan teknologi serta membuka peluang yang sangat baik bagi para investor dan pelaku industri internasional untuk berinvestasi di Indonesia.