Tuesday, March 19, 2024
Fitur

Aplikasi Jadul yang Pernah Menjadi “Raja”

Pengguna komputer generasi sekarang tentu tidak asing lagi dengan perangkat lunak semacam Microsoft Office, Adobe Photoshop, 7-Zip, dan Mozilla Firefox. Contoh perangkat lunak yang disebutkan tadi adalah perangkat lunak yang mampu terus mengikuti derap langkah perubahan zaman. Terbukti telah belasan bahkan puluhan tahun sejak versi pertama perangkat lunak tersebut diluncurkan, nama-nama tersebut tetap mudah dijumpai pada komputer.

Bagai dua sisi mata uang, di sisi lain cerita keberhasilan ada cerita kegagalan. Beberapa perangkat lunak yang pada zamannya layak disebut raja karena popularitasnya, kini namanya tak lagi terdengar, malahan sebagian di antaranya memang sudah tak lagi diproduksi.

Berikut ini beberapa perangkat lunak yang dulu sempat jadi raja, namun kini telah tiada.

WordStar

WordStar adalah sebuah pengolah kata yang begitu populer di tahun 1980-an hingga awal 1990-an. Begitu populernya WordStar sehingga hampir dipastikan akan menjadi mata pelajaran wajib di lembaga kursus komputer atau pada kegiatan ekstra kurikuler sekolah.

WordStar dikembangkan oleh perusahaan teknologi bernama MicroPro International dan aslinya dikembangkan untuk sistem operasi CP/M. WordStar 1.0 for CP/M lahir pada tahun 1978. MicroPro International saat itu dipimpin oleh seorang pengusaha bernama Seymour Rubenstein.

Dengan harapan lebih sukses secara komersial, WordStar dikembangkan agar bisa berjalan juga di atas sistem operasi DOS. Ini terjadi pada tahun 1982, dimulai dari WordStar 3.0. Terbukti, WordStar naik daun dengan cepat dan menjadi pengolah kata favorit.

Apa yang menyebabkan WordStar disukai? Alasan yang dikemukakan adalah karena WordStar telah menggunakan konsep WYSIWYG (what you see is what you get). Apa yang tampil pada “kertas” di layar WordStar, itu pula yang akan didapatkan ketika nantinya dicetak. Meskipun sebenarnya klaim ini bisa dipertanyakan mengingat beberapa karakter perintah masih tetap muncul di layar, misalnya ^B yang akan mengapit teks yang hendak ditebalkan.

WordStar juga merupakan aplikasi pengolah kata pertama yang dilengkapi dengan kemampuan mail merge. Mail merge memungkinkan penggunanya untuk mencetak undangan dalam jumlah banyak tanpa harus menyunting nama dan alamat penerima secara manual.

Selain karena fitur di atas, popularitas WordStar didukung pula oleh kemampuannya “beradaptasi” pada berbagai sistem operasi. Kemampuan ini didapat berkat kode program yang sengaja didesain untuk seminimal mungkin bergantung pada sistem operasi yang digunakan.

Sayangnya, WordStar mulai redup pada awal dasawarsa 1990-an. Bahkan sinyal menuju ke arah itu telah mulai terlihat sejak akhir 1980-an.

Ada banyak faktor yang menyebabkan WordStar tidak mampu mempertahankan tahtanya. Mulai dari hal teknis sampai serangkaian nasib buruk. Dari sisi teknis, portabilitas yang ditawarkan oleh WordStar ternyata kurang berjalan baik di platform IBM PC. Hal ini menyebabkan penurunan performa dan sulitnya menambahkan fitur baru ke WordStar. Padahal mulai pertengahan 1980-an, IBM PC memegang kendali penjualan komputer personal. Secara otomatis, WordStar mulai kehilangan momentum.

Sementara rangkaian nasib buruk bermula akibat nepotisme. Pada tahun 1980, Rubenstein mendapatkan dana investasi dari seorang investor yang diperkenalkan oleh saudara ipar kakaknya. Belakangan, investor tersebut berlaku curang dengan mengubah saham Rubenstein menjadi non-voting stock. Jadi meski Rubenstein memegang saham, dia tidak memiliki suara terhadap kebijakan perusahaan. Dan itu terjadi hanya dua bulan jelang go public.

Rubenstein yang pernah menderita serangan jantung memilih mengalah daripada sakit jantungnya kambuh. Walhasil, kendali perusahaan dipegang orang lain dan ide-ide brilian yang pernah dicetuskan Rubenstein tidak dieksekusi.

Padahal saat itu sebenarnya Rubenstein telah memiliki ide untuk mengintegrasikan WordStar dengan CalcStar dan DataStar. Bila ide ini terealisasi, perangkat lunak terintegrasi tersebut bakal menjadi perangkat lunak office suite pertama dan jalan cerita WordStar bisa jadi berbeda.

Lotus 1-2-3

Jika Microsoft Word dan Microsoft Excel merupakan anggota dari Office Suite buatan Microsoft, Lotus 1-2-3 merupakan pasangan “tak resmi” dari WordStar. Meski diproduksi oleh dua perusahaan berbeda, WordStar dan Lotus 1-2-3 hampir pasti dipaketkan menjadi satu, misalnya saat pembelian komputer baru.

Bagi yang belum tahu, Lotus 1-2-3 adalah perangkat lunak spreadsheet seperti halnya Microsoft Excel atau LibreOffice Calc. Lotus sendiri merupakan nama dari perusahaan yang memproduksi Lotus 1-2-3. Angka 1-2-3 selain menunjukkan bahwa aplikasi tersebut merupakan sebuah pengolah angka dalam rupa spreadsheet, dapat juga digunakan sebagai database dan pembuat chart.

Lotus 1-2-3 merupakan respons dari platform IBM PC atas dirilisnya aplikasi VisiCalc pada platform Apple II. Dengan fitur yang lebih banyak, Lotus 1-2-3 langsung mengalahkan VisiCalc dari segi popularitas.

Lotus sendiri pada akhirnya diakuisisi oleh IBM dan Lotus 1-2-3 menjadi anggota dari paket aplikasi Lotus Suite bersama dengan dBase dan Word Perfect.

Menjadi raja pada era 1980-an sampai awal 1990-an, Lotus 1-2-3 bersama dengan aplikasi spreadsheet lain seperti Quattro Pro, rupanya terlena. Mereka terlambat menyadari bahwa telah hadir konsep baru berkomputer melalui Windows 3.0, dengan segala tampilan grafisnya.

Microsoft sendiri sebagai pengembang Windows telah mempersiapkan diri dengan baik dengan meluncurkan juga perangkat lunak pengolah kata dan spreadsheet, yaitu Word dan Excel, yang berjalan di atas tampilan grafis.

Para pengembang spreadsheet saat itu menganggap sebelah mata Microsoft Excel karena tampilan grafisnya dianggap cukup memberatkan sistem. Namun ternyata dugaan mereka salah karena ternyata Microsoft Excel kemudian melejit menjadi perangkat lunak spreadsheet yang digemari dan pelan tapi pasti menggerogoti pangsa pasar Lotus 1-2-3.

Ketika akhirnya menyadari kekeliruannya dan menyediakan juga versi Windows, Lotus 1-2-3 tetap tak mampu mengejar popularitas pesaingnya sampai akhirnya tutup usia pada tahun 2013.

Microsoft Encarta

Nama besar di bidang teknologi informasi tak menjamin perangkat lunak yang diproduksinya akan selalu berhasil. Microsoft juga pernah mengalaminya. Salah satu produk Microsoft yang dulu pernah cukup ternama, namun sekarang tak lagi dikembangkan adalah Encarta.

Microsoft Encarta adalah sebuah ensiklopedia digital yang diwujudkan dalam bentuk perangkat lunak multimedia interaktif. Perangkat lunak tersebut tersedia dalam 2 sampai 4 keping DVD.

Microsoft Encarta berisi sekitar 62 ribu artikel, lengkap dengan foto, gambar ilustrasi, musik dan video klip, konten interaktif, peta, dan lain-lain.

Minat terhadap Microsoft Encarta mulai menurun sejak internet dapat diakses dengan mudah, lebih-lebih setelah ada situs Wikipedia. Walaupun sebenarnya harus diakui Microsoft Encarta memberikan informasi yang lebih berkualitas dan akurat karena disusun oleh ahli di bidangnya, dibandingkan Wikipedia yang dapat disunting oleh lebih banyak orang. Bagaimanapun, informasi yang bisa didapat dengan lebih mudah dan murah tentu akan lebih disukai banyak orang daripada informasi yang dijamin akurat namun relatif mahal.

Saat popularitasnya mulai turun, Encarta berganti wujud dalam bentuk layanan web, tetapi tetap saja berbayar. Walhasil popularitasnya tetap tak dapat terdongkrak lagi dan pengembangannya dihentikan pada sekitar tahun 2009.