Mungkin belum banyak masyarakat Indonesia yang mengenal startup insurtech. Insurtech adalah gabungan dari insurance dan technology yang menjadikan teknologi informasi sebagai penopang dalam bisnis asuransi.
Insurtech sendiri mulai naik daun saat pandemi melanda dunia, dimana orang-orang merasa memerlukan perlindungan diri dari bahaya covid 19 namun pada sisi lain mereka terhalang untuk datang ke perusahaan asuransi guna mendaftarkan diri.
Industri asuransi yang menangkap peluang ini kemudian memanfaatkan media teknologi informasi guna menjangkau calon konsumen baru. Menariknya, sebagian dari pelaku insurtech ini adalah pemain baru yang mengambil peluang yang belum dimaksimalkan berbagai pemain industri asuransi di Indonesia.
Berdasar laporan Lembaga Riset Media Asuransi, ada kurang lebih 70 perusahaan asuransi yang berbagi kue di Indonesia. Publik tentu bisa memilih rekomendasi asuransi kesehatan terbaik saat ini yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Dan di masa pandemi ini, perusahaan insurtech terlihat mulai menunjukkan taji mereka.
Insurtech Mendapatkan Pendanaan 946 Miliar Rupiah
Menurut laporan TechInAsia, setidaknya sejumlah startup insurtech berhasil menghimpun pendanaan seri B. Qoala di kuartal I 2022 berhasil menghimpun pendanaan seri B sebesar US$ 65 juta atau sekitar Rp. 946 miliar, sedangkan Igloo mendapatkan US$ 19 juta setara dengan 271,4 miliar rupiah.
Dua pemain baru insurtech yaitu Aigis dan Aman, berhasil mendapatkan pendanaan US$ 1 Juta atau 14.5 miliar rupiah dan US$ 1,2 juta kurang lebih 17.5 miliar rupiah. Kedua pemain ini menyasar perusahaan yang ingin memberikan employee benefit bagi karyawan mereka.
Terlebih di Indonesia sendiri, penetrasi produk asuransi di Indonesia hanya mencapai 43% sebagian besar dari 43% masyarakat tersebut menggunakan asuransi BPJS yang merupakan program wajib dari pemerintah.
Peluang ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk memasyarakatkan asuransi dengan bantuan teknologi digital.
Kolaborasi Pemain Lama dengan Startup Teknologi
Di antara pemain lama industri asuransi yang mulai tertarik di insurtech mulai melirik mitra potensial untuk memperluas pasar mereka. Prudential Life Assurance misalnya, menggandeng platform dompet digital OVO guna menghadirkan produk asuransi syariah, premi asuransi syariah lebih lanjut ini bisa menggunakan saldo pengguna dalam dompet OVO untuk mendapatkan manfaat asuransi. Nilai premi yang ditawarkan pun terbilang kecil guna menyasar segmen pengguna yang lebih muda, hanya berkisar Rp. 80 ribuan per tahunnya.
Platform haul riding Gojek juga menghadirkan fitur SafeTrip+ dengan menggandeng Prodigi dan Simas Jiwa Insurance guna memberikan perlindungan lebih bagi para pengguna yang ingin memesan perjalanan dengan Gojek. Hanya dengan menambahkan additional fee sebesar Rp. 1.000 pengguna Gojek sudah bisa mendapatkan proteksi medical fee hingga 7 juta rupiah. Sementara untuk permanent disability dan kematian mendapatkan santunan hingga Rp. 350.000.000
Kue Asuransi Pengiriman Barang
Di sisi lain, maraknya pola switching belanja dari offline to online meningkatkan potensi transaksi digital berkat banyaknya marketplace yang merajai industri jual beli online di Indonesia. Dalam proses pengiriman barang dari penjual ke pembeli, marketplace juga memberikan opsi perlindungan asuransi, baik yang sudah include atau bekerjasama dengan layanan jasa logistik.
Lagi-lagi, asuransi dapat bermain di sini dan menjadi salah satu sumber pendapatan yang mungkin belum terpikirkan di awal milenium. Berkat meningkatnya penjualan industri e-commerce, terutama untuk barang-barang berharga dan bernilai tinggi, permintaan asuransi pengiriman membuka ruang nafas untuk industri asuransi.
Tentu menarik bagaimana insurtech nanti dapat menerapkan berbagai solusi asuransi berbasis teknologi untuk menjawab kebutuhan masyarakat Indonesia.