Jakarta, PCplus – Kawasan Asia Pasifik dikenal sebagai pusat inovasi teknologi, termasuk komputasi kuantum. Negara seperti Jepang, Tiongkok, dan Singapura telah berinvestasi besar dalam riset dan pengembangan teknologi ini. Dukungan pemerintah dan adopsi industri mempercepat kemajuan, terutama di sektor keuangan dan farmasi.
Baca Juga: Cloudflare Perluas Solusi Zero Trust dengan Keamanan Kuantum Cloud
Namun, di balik potensi revolusioner, tersimpan risiko besar terhadap keamanan digital. Komputer kuantum mampu memecahkan algoritma enkripsi yang saat ini melindungi komunikasi dan transaksi online. Ancaman ini belum terjadi secara massal, tapi strategi “simpan sekarang, dekripsi nanti” sudah mulai digunakan oleh pelaku kejahatan siber.
Data sensitif yang dikumpulkan hari ini bisa dibuka di masa depan saat teknologi kuantum matang. Ini termasuk komunikasi diplomatik, transaksi keuangan, dan informasi pribadi. Risiko ini membuat banyak perusahaan mulai mengembangkan strategi keamanan pasca-kuantum sejak dini.
Blockchain, Kripto, dan Ransomware Tahan Kuantum
Blockchain dan aset kripto juga tidak kebal terhadap ancaman kuantum. Algoritma ECDSA yang digunakan Bitcoin dan Ethereum sangat rentan terhadap serangan algoritma Shor. Sekitar 25% Bitcoin disimpan di alamat publik yang bisa diretas jika komputer kuantum mencapai kapasitas tertentu.
Selain itu, ransomware tahan kuantum mulai dikembangkan. Jenis malware ini menggunakan kriptografi pasca-kuantum untuk melindungi dirinya dari dekripsi, baik oleh komputer klasik maupun kuantum. Jika berhasil diterapkan, pemulihan data tanpa membayar tebusan akan menjadi hampir mustahil.
Solusi seperti Quantum Key Distribution (QKD) dan algoritma CRYSTALS-Kyber mulai diuji sebagai alternatif enkripsi yang tahan kuantum. Namun, penerapannya masih terbatas dan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk diadopsi secara luas.
Langkah Strategis Menghadapi Resiko Komputasi Kuantum
Meskipun ancaman belum terjadi secara langsung, persiapan harus dimulai sekarang. Pemerintah, perusahaan TI, dan komunitas keamanan siber perlu berkolaborasi untuk membangun sistem yang tahan kuantum. Strategi migrasi ke algoritma baru harus dirancang sejak dini agar tidak tertinggal saat ancaman datang.
Menurut survei Capgemini, 70% perusahaan global sudah menyiapkan strategi keamanan pasca-kuantum untuk lima tahun ke depan. Sektor perbankan dan keuangan menjadi yang paling rentan, dengan skor kesiapan hanya 2,4 dari 5.
Keputusan yang kamu buat hari ini akan menentukan ketahanan sistem digital di masa depan. Jangan tunggu sampai Q-Day tiba. Mulailah beradaptasi, pelajari teknologi baru, dan tingkatkan kesadaran akan resiko komputasi kuantum.
Kalau kamu tertarik mendalami lebih jauh, bisa cek artikel lengkap di Digivestasi dan Knowledgesight untuk perspektif tambahan.


