Jakarta,PCplus – Laporan tahunan Fortinet 2025 menyoroti kesenjangan keterampilan keamanan siber yang semakin melebar. Organisasi di seluruh dunia menghadapi ancaman yang tidak lagi bisa dianggap kemungkinan, melainkan kepastian. Kekurangan lebih dari 4,7 juta profesional terampil secara global menyebabkan banyak posisi penting tidak terisi.
Baca Juga: Gandeng Fortinet, Telkom Perkuat Keamanan Siber Nasional
Survei global menunjukkan 100% organisasi mengalami pelanggaran siber pada 2024. Hampir separuh organisasi bahkan menghadapi lima insiden atau lebih. Angka ini meningkat drastis dibanding 2021, ketika hanya 19% organisasi mengalami lima pelanggaran atau lebih.
Selain itu, 68% responden menyebut kurangnya keterampilan dan pelatihan keamanan TI sebagai penyebab utama pelanggaran. Dampak finansial juga signifikan, dengan 62% organisasi melaporkan kerugian lebih dari USD 1 juta akibat insiden siber.
Di India, laporan ini menyoroti tren serupa. Reliance pada AI meningkat, tetapi keterampilan AI masih terbatas. Hal ini membuat organisasi rentan terhadap serangan berbasis AI yang semakin canggih.
Peran AI dan Fokus Dewan Direksi
Teknologi keamanan berbasis AI telah diadopsi secara luas. Sebanyak 100% organisasi yang disurvei sudah menggunakan atau berencana menggunakan solusi berbasis AI. Deteksi dan pencegahan ancaman menjadi area penerapan paling populer.
Sebanyak 96% profesional keamanan siber berharap AI meningkatkan peran mereka. AI dianggap mampu meringankan beban tim yang kekurangan staf. Namun, 40% pengambil keputusan TI menyebut kurangnya keterampilan AI sebagai hambatan terbesar.
Di tingkat dewan direksi, fokus pada keamanan siber meningkat. Sebanyak 94% dewan meningkatkan perhatian pada isu ini pada 2024. Meski begitu, pemahaman risiko AI masih rendah. Hanya 70% dewan benar-benar memahami ancaman yang ditimbulkan oleh AI.
Channel partner juga disebut berperan penting dalam membantu organisasi mengadopsi AI dengan aman. Mereka diharapkan menjadi konsultan yang memahami implementasi dan manajemen teknologi AI.
Pentingnya Sertifikasi dan Pelatihan
Sertifikasi tetap menjadi faktor utama dalam perekrutan tenaga keamanan siber. Sebanyak 90% pengambil keputusan TI lebih memilih kandidat bersertifikasi. Sertifikasi dianggap memvalidasi pengetahuan, menunjukkan kemampuan mengikuti perkembangan industri, dan menandakan pemahaman atas alat vendor utama.
Namun, dukungan organisasi untuk pembiayaan sertifikasi menurun. Hanya 76% responden yang bersedia membiayai sertifikasi pada 2024, turun dari 88% pada 2023.
Fortinet Training Institute menyediakan akses sertifikasi bagi berbagai kelompok masyarakat. Program ini mencakup modul berfokus AI, termasuk pengenalan GenAI dan kurikulum ancaman berbasis AI. Fortinet juga berkomitmen melatih 1 juta orang di bidang keamanan siber hingga 2026.
Laporan tahunan Fortinet 2025 menegaskan bahwa menutup kesenjangan keterampilan siber adalah hal mendesak. AI menawarkan peluang besar, tetapi tanpa keterampilan yang memadai, risiko akan terus meningkat. Sertifikasi, pelatihan, dan kesadaran menjadi kunci untuk membangun ketahanan bisnis di era digital.


