JAKARTA, KAMIS – Belum ada banyak pemain data center di Indonesia saat ini. “Yang besar-besar ada lima. Total sekitar 20 perusahaan,” kata Daniel W. Korompis (President Director, Cyber CSF) dalam bincang-bincang di sela-sela makan siang di Jakarta kemarin siang (10/11/2012). Kebanyakan data center (60%) berlokasi di Jakarta, dan sisanya di Bandung.
Padahal banyak perusahaan, mulai dari perusahaan ISP (internet service provider), operator telekomunikasi, internet game provider, sampai perbankan dan asuransi yang bisnisnya tidak boleh down sedetik pun, memerlukan data center. Sebab downtime di perusahaan-perusahaan tersebut akan berdampak pada hilangnya pendapatan.
“Secara tidak langsung, mereka butuh pendukung, yakni data center,” kata Daniel. “Mereka butuh tempat untuk untuk menempatkan server-server, butuh pasokan listrik yang besar dari KVA sampai MegaWatt, dan listrik yang stabil,” jelasnya.
Namun sementara ini, banyak di antara perusahaan, khususnya perbankan, lebih memilih membangun sendiri data center-nya. Sebab jumlah data center (dari pihak ketiga) yang tersedia memang terbatas. “Suplai data center tidak mencukupi, karena perlu waktu untuk membangunnya,” kata Wong Ka Vin (Managing Director, CSF Asia Pte Ltd.).
Menurut Ca Vin, Indonesia dengan jumlah penduduk yang banyak dan memiliki banyak bank, sebenarnya sudah membutuhkan banyak data center. “Di Singapura dengan lima juta penduduk, tersedia 220.000m2 data center. Jakarta yang punya 12 juta penduduk, permintaannya bisa lebih dari dua kali. Yang ada sekarang kurang dari 100.000m2,” kata Ka Vin memberi gambaran.
Data center yang tersedia saat ini macam-macam, tergantung kebutuhan. Ada yang bandwidth-centric, IT-centric, yang netral dari segi bandwidth dan IT, production, dan disaster recovery. “Yang di tengah kota biasanya production, dan yang di luar kota disaster recovery,” jelas Daniel.