
JAKARTA, RABU – Pengeluaran atau belanja teknologi informasi perusahaan dan organisasi di Indonesia diperkirakan stagnan hingga akhir tahun ini. Lembaga riset dan analis teknologi informasi, Internationnal Data Corporation (IDC), menyebut bahwa total belanja teknologi Informasi di Indonesia hanya akan mencapai 14,7 triliun dolar hingga desember 2013.
Dalam laporan yang disampaikan Associate Director & Head of Indonesia Operations – IDC, Sudev Bangah, di acara InfoKomputer Forum 2013 siang ini, pembelian perangkat keras dan eksplorasi terhadap teknologi baru seperti cloud, layanan pusat data, virtualisasi serta mobilitas disebut sebagai kegiatan yang paling banyak mendapatkan porsi belanja TI perusahaan. “Di tingkat produk konsumen masih ada peningkatan belanja produk meskipun hanya sekitar sepertiga dari keseluruhan pengeluaran TI di Indonesia. Kelihatannya sampai akhir tahun pergerakan ini akan stagnan,” jelas Sudev dalam presentasinya.
Keadaan ini terjadi akibat dari tekanan ekonomi yang dihadapi Indonesia saat ini. Menurut Sudev, pelemahan mata uang, isu kenaikan bahan bakar minyak (BBM), defisit perdagangan, sampai melambatnya produk domestik bruto merupakan beberapa hal yang menyebabkan perusahaan mengerem pengeluaran pos teknologi.
Di hadapan sekitar 200 lebih praktisi teknologi informasi dari tingkat managerial termasuk pemimpin TI perusahaan, Sudev memaparkan tiga hal yang bisa menjadi prioritas para pengambil keputusan untuk menyiasati tekanan tadi. Pertama adalah melakukan efisiensi operasional perusahaan dan produktifitas, menghemat pengeluaran biaya serta meningkatkan penjualan.
Kendati tidak mengalami pergerakan signifikan terhadap pengeluaran perusahaan untuk teknologi, namun IDC tetap melihat adanya pertumbuhan yang baik di 4 pilar ICT, mereka adalah penggunaan komputasi awan yang diperkirakan akan tumbuh lebihd ari 50%, pertumbuhan adopsi infrastruktur mobile hingga 30%, akses media sosial serta belanja solusi analisis data besar (big data) hinggal lebih dari 50%.