2015, Profesional Indonesia Makin Aktif Cari Kerja
JAKARTA, PCplus – Menurut laporan Talent Trends 2015 dari LinkedIn, jaringan profesional online terbesar di dunia, profesional di Indonesia semakin haus dalam mencari kesempatan kerja baru di tahun 2015. Mereka bahkan rela menghabiskan lebih banyak waktu untuk cari kerja.
Dibanding tahun lalu, tahun ini lebih banyak profesional di Indonesia yang aktif mencari pekerjaan, yaitu 34% dibanding tahun lalu yang hanya 29%. Angka ini juga lebih tinggi dari angka global yang hanya sebesar 30%. Selain itu, data yang ada mengungkap bahwa sebanyak 83% profesional di Indonesia, baik kandidat aktif atau pasif, mengaku tertarik untuk mendengar tawaran dari perekrut ataupun headhunter, melampaui persentase rata-rata angka global sebesar 78%.
Rekomendasi Produk PCplus
-
Sale!
ASUS Zenbook 14 OLED UX3405MA-OLEDS511 – Ponder Blue
Rp16,999,000.00 Beli Sekarang -
GEEKOM Mini PC MiniIT11 Intel Core i7-11390H 16GB DDR4 512GB SSD Win11
Rp6,290,000.00 Beli Sekarang -
Sale!
ASUS ROG FLOW X13 GV301RA – R7RADA6T-O – R7-6800HS – SSD 512GB – 120HZ
Rp18,699,000.00 Buy product -
Sale!
Lenovo ideapad Slim 3i-14ITL6 – HYID i3-1115G4 SSD 256GB Arctic Grey
Rp5,899,000.00 Beli Sekarang
“Peningkatan jumlah kandidat aktif merupakan kabar baik bagi para perekrut di Indonesia, namun mereka juga akan menghadapi tekanan terkait kompensasi, mengingat lebih dari setengah profesional di Indonesia menilai hal ini sebagai prioritas utama,” ucap Feon Ang, Direktur Talent Solution LinkedIn untuk Asia-Pasific dan Jepang. “Karena kita semua ingin bekerja di sebuah perusahaan yang memiliki reputasi bagus, maka brand perusahaan yang kuat dan unik dapat membantu perusahaan mengalihkan tekanan terkait kompensasi ini. Di sisi lain, tim HR perlu membuat strategi untuk menjaga agar kandidat merasa betah,” ucapnya
Kompensasi Jadi Faktor Utama
Laporan Talent Trends 2015 juga menunjukkan bahwa lebih banyak profesional di Indonesia (51%) yang memandang tingkat kompensasi sebagai faktor utama dalam mempertimbangkan tawaran kerja. Angka ini lebih tinggi dari angka tahun lalu yang hanya 44%. Angka tahun ini sama dengan Singapura dan sedikit lebih rendah dari Malaysia yang mencapai 52%.
Konsekuensinya, semakin berkurangnya profesional yang menempatkan faktor keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan sebagai prioritas, hanya 35% dibandingkan angka di tahun 2014 sebanyak 40%. Studi ini juga mengungkap bahwa profesional di Indonesia lebih banyak bergantung pada saluran online untuk mencari pekerjaan, dibandingkan dengan iklan ataupun website perusahaan.
“Salah satu cara perusahaan di Indonesia untuk memenangkan perang pencarian kandidat adalah dengan membangun brand perusahaan yang kuat. Hal ini bisa dilakukan dengan cara memaksimalkan penggunaan jaringan profesional online dan memanfaatkan karyawan sebagai ambassador,” kata Ang. “Ini juga merupakan cara yang jitu untuk menarik perhatian kandidat pasif yang jumlahnya mencapai 66% di Indonesia.”