JAKARTA, PCplus – Visi untuk menjadi raja layanan TI regional Telkomsigma bukanlah sekadar visi. Banyak hal yang sudah dilakukan perusahaan yang sejak tahun 2010 menjadi anak perusahaan Telkom ini. Perubahan strategi dan model bisnis adalah salah satunya.
Kalau dulu Telkomsigma dominan bermain di BUMN, kini konsumennya lebih banyak sektor swasta. Model CAPEX (capital expenditure) diubah menjadi OPEX (operational expenditure) yang berjangka lebih panjang, 5 tahun dengan pembayaran bulanan.
Bisnis SI (system integrator) yang menjadi tulang punggung selama ini akan dikurangi porsinya, dari 50% menjadi 45%. Sementara data center yang tahun 2015 menyumbangkan pertumbuhan revenue 35% akan digenjot. Sedangkan porsi managed service tetap, 15%. Demikian papar Judi Achmadi (CEO, Telkomsigma) dalam bincang-bincang santai di Jakarta (25/2/2016).
Salah satu cara menggenjot pendapatan dari data center yang dilakukan Telkomsigma adalah dengan memperluas kapasitas. Target tahun 2015, yakni kapasitas data center 100 ribu meter persegi, tutur Judi, telah dicapai. “Tahun 2016 akan kejar penjualannya, salah satunya dengan akuisisi,” terangnya.
Siapa yang diakuisisi? Adalah Cyber Data Center yang berlokasi di Jakarta. “55% kepemilikan. Akan menjadi data center yang mengelola seluruh data center tier-2 Telkomsigma. Mayoritas ditujukan untuk melayani ISP lokal. Diharapkan data center akan menjadi sumber revenue 40%,” papar Judi.
Akuisisi ini, kata Judi, dilakukan karena adanya kebutuhan dari pelanggan. Selama ini sih Telkomsigma memang kuat di bidang private cloud dengan layanan Always On. “Kapasitasnya sudah habis, digunakan oleh beberapa BUMN,” kata Judi. “Untuk melayani segmen bawah, paling cepat melalui akuisisi. Cara handling-nya beda dengan korporasi. Harga harus di bawah Amazon,” tambahnya.