
JAKARTA, PCplus – Sejumlah negara sudah bersiap menggelar jaringan 5G. Jepang misalnya siap meluncurkan layanan mobile 5G pada tahun 2020 yang ditargetkan akan sekitar 100x lebih cepat daripada LTE (long term evolution) yang dipakai sekarang, atau 10x lebih cepat daripadanya 4G. Selain itu Eropa, Tiongkok, dan Korea Selatan juga sudah akan meluncurkan 5G secara komersial.
Apa sih sebenarnya tantangan untuk beralih ke 5G? Menurut Dr. Magnus Ewerbring (Chief Technology Officer, Ericsson Asia Pacific), tantangannya terletak pada radio. “5G intinya adalah tentang delay yang pendek dan bandwidth yang tinggi,” ungkapnya.
Peralihan ke 5G, kata Ewerbring, tergantung kesiapan negara masing-masing dan ketersediaan spektrum yang ada. “Secara produk, sudah siap dikirimkan pada akhir tahun. Tergantung operator kapan (mereka) mau pakai,” jelasnya.
Hmm, jadi bagaimana dengan Indonesia? Menurut menteri komunikasi dan informatika Rudiantara saat berbicara di ajang Demo 5G Ericsson di Jakarta (3/4/2017), pemerintah sebagai regulator sudah mengalokasikan frekuensi 28GHz untuk jaringan 5G. “Sekarang (untuk demo 5G Ericsson) siapkan alokasi frekuensi di 15GHz. Nanti 28GHz, selebar 2GHz.”
Jadi kapan kita bisa mencicipi kecepatan 5G? “Tahun depan juga bisa karena (spektrum) 28GHz kosong, tinggal pakai. (Tapi) Tergantung operator. Untuk 5G, karena frekuensi tinggi hanya bisa (diterapkan) di kota. Untuk rural (pedesaan), jadi mahal karena lokasi BTS (base transceiver station) lebih rapat. Makin tinggi frekuensi, makin pendek jangkauannya. Ini diatur untuk pabrik (otomasi, robot), IoT (internet of things),” ucap Rudiantara.