Jakarta, PCplus. Seiring dengan pertumbuhan konsumen yang saling terhubung di dunia, pemilik merek saat ini menghadapi situasi yang lebih menantang dan kompleks. Hal ini terungkap berdasarkan hasil riset Tetra Pak Index 2017 yang baru diluncurkan pertengahan September lalu.
Tetra Pak menyatakan bahwa, di Indonesia (di mana terdapat lebih dari 132 juta pengguna internet dengan sebanyak 40 persen di antaranya adalah pengguna aktif media sosial), memenangkan konsumen yang memiliki informasi luas berkat digital, mengharuskan pemilik merek untuk berpikir kreatif agar pesan yang ingin mereka sampaikan dapat diterima oleh konsumen secara tepat.
“Pengguna internet di Indonesia didominasi oleh generasi millennial dan generasi Z (generasi yang lahir di era digital), di mana smartphone dan belanja online sudah menjadi bagian dari keseharian mereka. Penting bagi pemilik brand untuk memikirkan strategi yang tepat dalam mempengaruhi keputusan pembelian mereka,” ujar Gabrielle Angriani (Communications Manager Tetra Pak Indonesia).
“Brand yang ingin terlibat dengan konsumen yang serba terhubung ini perlu memahami hal apa yang mendorong mereka, dan bagaimana menciptakan pengalaman menarik bagi brand, yang bisa dirasakan baik secara online dan offline,” ujar Gabrielle lagi.
Mengusung tema “The Connected Consumer”, Tetra Pak menyatakan bahwa hasil riset Tetra Pak Index edisi ke-10 ini menggali lebih jauh dunia digital dan konsumen online, serta bagaimana mereka terhubung dengan merek makanan dan minuman. Tetra Pak menambahkan bahwa menjangkau dan terhubung dengan kelompok konsumen yang sedang tumbuh ini sangatlah penting.
Tetra Pak menyatakan bahwa dibandingkan dengan tahun lalu, pertumbuhan penguna internet di Indonesia mencapai 51 persen atau sekitar 45 juta pengguna. Angka ini diikuti oleh pertumbuhan sebesar 34 persen pengguna aktif media sosial.
Menurut Tetra Pak, konsumen yang mengakses media sosial melalui mobile juga meningkat sebesar 39 persen. Tetra Pak menambahkan bahwa tingkat pertumbuhan yang cepat ini mendorong pemilik merek di Indonesia untuk mengambil langkah perubahan dan mengembangkan strategi. Tujuannya, menjangkau konsumen yang saling terhubung secara digital ini.
Temuan dari hasil riset Tetra Pak Index 2017 menunjukkan bagaimana perjalanan konsumen mengalami perubahan sebelum mereka memutuskan melakukan pembelian. Konsumen saat ini mencari informasi produk sebelum, selama, dan setelah membeli, mengacu pada setidaknya empat sumber informasi sebelum mengambil keputusan, yang beberapa di antaranya bahkan berada di luar kendali pemilik merek.
Tetra Pak menyatakan juga bahwa konektivitas yang lebih besar dan pertumbuhan platform online secara cepat menghadirkan tantangan bagi merek. Secara khusus di Indonesia, lebih dari 106 juta orang menggunakan media sosial setiap bulannya, dan sebanyak 85 persen di antaranya mengakses media sosial melalui perangkat seluler.
“Social media memiliki pengaruh besar dalam pertumbuhan bisnis, khususnya bisnis berbasis online di Indonesia. Konten buatan pengguna (user generated content) menjadi semakin penting pada era digital sekarang, yang menyumbang 65% waktu penggunaan media untuk rata-rata konsumen secara global,” ujar Gabrielle.
“Selain itu, ulasan konsumen independen menjadi hal kedua terpenting yang dapat mempengaruhi proses pemasaran suatu produk. Mengacu pada Tetra Pak Index 2017, Super Leader, istilah yang diberikan terhadap influencer masa kini dengan engagement tinggi, juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penetrasi brand di pasar,” tambah Gabrielle.
Tetra Pak menambahkan bahwa Super Leader merupakan konsumen terhubung yang paling aktif dan berpengaruh secara global dan 98 persen mengatakan bahwa mereka “terus terhubung” sepanjang hari.
Berinteraksi dengan konsumen ini, (yang dengan sukarela menulis ulasan dan berbagi pengalaman mereka setiap minggu), akan memungkinkan merek untuk menjangkau dan mempengaruhi konsumen yang terhubung secara massal.
Menurut Tetra Pak, tersebar di seluruh dunia dan memiliki porsi sebesar 7 persen (atau sekitar 250 juta dari 3,6 miliar konsumen yang terhubung secara global) dari jumlah populasi total secara online, Super Leader biasanya adalah pengadopsi paling awal, influencer, dan juga trendsetter. Super Leader biasanya akan melakukan posting komentar dan gambar/foto, dengan tujuan untuk menceritakan pengalamannya.
Tetra Pak menyatakan bahwa konsumen yang terhubung biasanya akan lebih memercayai mereka dibandingkan dengan pemasaran konten (content marketing), khususnya menyangkut hal-hal terbaru dan menarik untuk dicoba atau dirasakan. Selain itu, hasil temuan Tetra Pak Index 2017 menunjukkan bahwa kemasan memiliki peran penting untuk menjadi pintu gerbang bagi keterlibatan konsumen yang lebih luas.
Menurut Tetra Pak, kode digital yang dicetak pada kemasan dapat meningkatkan transparansi penelusuran suatu produk, yang memungkinkan konsumen mengakses informasi tentang produk hingga ke sumbernya. Kemasan dapat diubah menjadi platform informasi dua arah di mana merek dapat menangkap data spesifik dan berharga tentang konsumen, juga berbagi informasi lebih banyak tentang produk itu sendiri.
“Desain kemasan merupakan cara yang efektif untuk membangun merek melalui pengalaman multi-sensorik, ” ujar Wibisono (Marketing Director Tetra Pak Indonesia). Ia menambahkan bahwa sebuah merek bisa memanfaatkan kemasan sebagai alat pemasaran utama untuk menarik perhatian konsumen.
Tetra Pak sendiri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pemrosesan dan pengemasan makanan dan minuman. Perusahaan ini menyediakan produk untuk memenuhi jutaan orang di lebih dari 170 negara di seluruh dunia.