Jakarta, PCplus – Generasi Z tumbuh bersama teknologi. Sejak kecil, mereka udah pegang gadget, main media sosial, dan belanja online. Tapi sayangnya, aktivitas digital yang padat ini bikin para Gen Z ini gampang terkena eksploitasi oleh penjahat siber.
Baca Juga: Ancaman Keamanan Lokal Meningkat, Indonesia Nomor Dua
Contohnya, Kaspersky baru-baru ini merilis game interaktif bernama Case 404. Game ini ngajarin kamu, khususnya Gen Z, cara mengenali trik kejahatan digital yang sering muncul di kehidupan online. Lewat game ini, kamu diajak jadi detektif AI yang menyelidiki jejak digital dari aktivitas harian yang ternyata bisa berbahaya.
Jejak digital Gen Z makin meluas karena kebiasaan oversharing. Foto selfie dengan tag lokasi, update kegiatan harian, hingga rutinitas pribadi bisa jadi celah buat hacker. Bahkan, unggahan polos seperti foto peliharaan pun bisa bantu mereka menebak jawaban pertanyaan keamanan akun.
FOMO, Y2K Fashion, dan Ancaman Belanja Online
Rasa takut ketinggalan atau FOMO juga dimanfaatkan. Ketika Gen Z lihat temannya punya gadget baru, ikut konser viral, atau beli baju trendi, mereka terdorong buat ikutan. Nah, penjahat siber sering bikin tautan palsu seolah kasih diskon atau akses eksklusif.
Contoh lainnya, tren Y2K lagi naik daun di TikTok. Banyak yang cari game nostalgia seperti The Sims 2 atau Bratz Rock Angelz. Tapi sayangnya, situs download ilegal sering disusupi malware. Jadi, alih-alih nostalgia, perangkat malah bisa disusupi virus atau data dicuri.
Di sisi lain, budaya fast fashion juga jadi peluang penjahat siber. Brand kayak Shein atau ASOS sering dipalsukan. Banyak iklan bohong yang seolah kasih kode promo. Tapi saat diklik, data pribadi malah dicuri. Penipuan ini makin gila karena Gen Z sangat aktif belanja online dan sering tergiur promo cepat.
iDisorder dan Cara Tetap Aman di Dunia Digital
Penggunaan teknologi berlebihan juga bisa memicu gangguan psikologis seperti kecemasan atau depresi. Fenomena ini dikenal sebagai iDisorder. Gen Z mulai bergantung pada aplikasi kesehatan mental, dari pelacak mood sampai layanan terapi online.
Sayangnya, data pribadi dari aplikasi itu juga bisa dicuri kalau platform nggak aman. Informasi kayak catatan terapi atau kondisi mental bisa disalahgunakan buat pemerasan atau phishing.
Untuk itu, Kaspersky kasih saran biar kamu bisa lebih aman:
- Jangan klik link sembarangan walau kelihatannya menarik.
- Cek ulang URL sebelum isi data.
- Gunakan password unik dan aktifkan autentikasi dua langkah.
- Hindari berbagi data pribadi berlebihan.
- Pakai solusi keamanan digital kayak Kaspersky Premium dan VPN.
Intinya, tren boleh berubah, tapi bahaya siber tetap ada. Kamu yang masuk dalam usia Gen Z perlu paham risikonya biar bisa aman, tidak kena eksploitasi dan tetap eksis di dunia digital.