Jakarta, PCplus – Industri perjalanan di Asia Pasifik kembali menggeliat setelah pandemi panjang. Pada 2024, lebih dari 316 juta wisatawan internasional tercatat berkunjung ke kawasan ini. Angka tersebut hanya terpaut 13% dari masa sebelum pandemi, jauh membaik dibandingkan penurunan 74% pada 2022. Diperkirakan, jumlah kunjungan akan meningkat hingga 762 juta pada 2026.
Baca Juga: Tips Mengamankan Nomor HP Supaya Tak Kena Spam
Lonjakan ini mendorong kebutuhan konektivitas yang aman dan fleksibel. Kaspersky merespons dengan meluncurkan Kaspersky eSIM Store, solusi digital yang memungkinkan pemasangan SIM langsung dari perangkat. Tanpa kartu fisik, pengguna bisa memilih paket lokal, regional, atau global hanya dengan beberapa ketukan.
Namun, peningkatan adopsi e-SIM juga menarik perhatian pelaku kejahatan siber. Peneliti Kaspersky menemukan banyak situs phishing yang meniru operator besar seperti Singtel, Smart, dan Telstra. Di Jepang, modus penipuan e-SIM makin canggih, dengan halaman palsu yang meminta nomor telepon dan data pribadi. Informasi tersebut bisa digunakan untuk membobol akun keuangan atau dompet kripto.
Pemerintah Dukung e-SIM, Tapi Risiko Phising Tetap Ada
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mendorong migrasi dari kartu SIM fisik ke e-SIM. Menurut Menkomdigi Meutya Hafid, teknologi ini lebih aman dan mendukung efisiensi industri telekomunikasi nasional. Kebijakan ini juga merespons maraknya penyalahgunaan NIK, phising, dan scam berbasis seluler.
Meski secara teknis e-SIM lebih aman, pakar keamanan Alfons Tanujaya menekankan pentingnya verifikasi kuat oleh operator. Tanpa prosedur Know Your Customer (KYC) yang disiplin, keamanan e-SIM bisa tetap rentan. Data e-SIM harus dienkripsi saat dikirim dan disimpan agar tidak mudah disadap.
Kaspersky eSIM Store hadir sebagai solusi praktis dan aman. Pengguna bisa mengaktifkan e-SIM dalam hitungan menit tanpa antrean atau dokumen identitas. Dengan jangkauan di lebih dari 150 negara, layanan ini cocok untuk traveler spontan dan digital nomad.
Selain itu, eSIM Store juga ramah lingkungan. Tanpa kartu plastik dan kemasan, pengguna bisa isi ulang data tanpa mengganti SIM. Pendapatan dari pasar e-SIM Asia Pasifik diperkirakan mencapai USD 11,5 juta pada 2024, dengan pertumbuhan tahunan 11–21%.
Kesimpulan: Waspadai Phising e-SIM, Pilih Solusi Aman
Meski e-SIM menawarkan kemudahan dan keamanan, risiko phising tetap mengintai. Pengguna disarankan untuk hanya membeli e-SIM dari sumber resmi seperti Kaspersky eSIM Store dan menghindari situs tidak dikenal. Pemerintah dan penyedia layanan harus memperkuat sistem verifikasi agar ruang digital tetap aman.
Dengan meningkatnya perjalanan dan konektivitas, e-SIM menjadi solusi masa depan. Tapi, keamanan tetap harus jadi prioritas utama. Jadi, sebelum kamu pasang e-SIM, pastikan sumbernya terpercaya dan datamu terlindungi.