Jakarta, PCplus – Indonesia sedang menghadapi lonjakan serangan ransomware yang makin kompleks dan berbahaya. Menurut laporan Kaspersky, sebanyak 57.554 serangan ransomware telah menargetkan bisnis di Indonesia sepanjang tahun lalu. Jumlah ini merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara.
Baca Juga: Lanskap Ransomware 2025, Tren dan Cara Kamu Tetap Selamat
Kelompok FunkSec disebut sebagai ancaman masa depan. Mereka menggunakan kecerdasan buatan, bersifat multifungsi, dan sangat adaptif. Target utama mereka adalah sektor pemerintahan, teknologi, keuangan, dan pendidikan. Tebusan yang diminta bisa serendah $10.000, agar pelaku bisa beroperasi dalam skala besar.
Selain ransomware, Indonesia juga dibayangi oleh kelompok Advanced Persistent Threats (APT). Nama-nama seperti SideWinder, Lazarus, dan Ocean Lotus aktif menyerang sektor strategis. SideWinder bahkan dijuluki sebagai ancaman paling agresif di Asia Pasifik.
Kaspersky mencatat 20 juta serangan daring berhasil dicegah di Indonesia. Tiga juta di antaranya menggunakan eksploitasi, dan tiga juta lainnya memakai backdoor. Serangan malware perbankan juga meningkat, dengan lebih dari 649 ribu upaya tercatat. Kementerian Kominfo menyebutkan ada 800 ribu laporan penipuan perbankan, dengan kerugian mencapai Rp476 miliar.
Strategi Pertahanan Siber untuk Bisnis di Indonesia
Ancaman ransomware bisnis Indonesia tidak bisa dianggap remeh. Akselerasi ekonomi digital, adopsi teknologi IoT, AI, dan 5G memperluas permukaan serangan. Oleh karena itu, strategi pertahanan aktif sangat dibutuhkan.
Kaspersky menyarankan agar perangkat lunak selalu diperbarui. Hal ini penting untuk menutup celah yang bisa dimanfaatkan penyerang. Audit keamanan siber juga harus dilakukan secara berkala untuk mengidentifikasi sistem yang rentan.
Solusi seperti Kaspersky Next bisa digunakan untuk perlindungan real-time. Produk ini menawarkan visibilitas ancaman, investigasi, dan respons EDR serta XDR. Selain itu, Threat Intelligence dari Kaspersky memberikan konteks mendalam untuk mendeteksi risiko siber secara tepat waktu.
Laporan dari Akamai juga menyoroti taktik pemerasan empat lapis yang kini digunakan pelaku ransomware. Mereka tidak hanya mengenkripsi data, tapi juga melakukan DDoS dan melibatkan pihak ketiga untuk menekan korban. Kelompok seperti LockBit, BlackCat, dan CL0P masih mendominasi, sementara Abyss Locker dan Akira mulai menunjukkan taringnya.
Bisnis di sektor ritel, logistik, dan energi menjadi sasaran utama di Indonesia. Tidak ada industri yang kebal dari serangan ini. Maka dari itu, penting bagi pelaku usaha untuk memperkuat sistem keamanan digital mereka.
Kalau kamu punya bisnis atau mengelola sistem digital, jangan tunggu sampai jadi korban. Mulai dari sekarang, bangun postur keamanan siber yang aktif dan adaptif. Karena di era digital, data adalah aset paling berharga.