Jakarta, PCplus – Kecerdasan buatan (AI) makin sering dipakai wisatawan buat rencana liburan alias traveling. Teknologi ini dianggap praktis dan efisien. Menurut survei Kaspersky, 73% responden merasa waktu mereka lebih hemat berkat bantuan AI saat merancang perjalanan. Sebanyak 65% pengguna juga terbantu menemukan tempat wisata sesuai minat dan preferensi pribadi mereka.
Baca Juga: Cara Bikin Figurine AI Viral dari Foto Pribadi, Gampang dan Gratis!
AI dinilai mampu menyederhanakan proses pencarian informasi, termasuk rekomendasi hotel dan aktivitas lokal. Selain itu, 63% responden memanfaatkan AI untuk cari penawaran terbaik yang sesuai anggaran liburan mereka. Sebanyak 61% lainnya percaya AI bisa mengungkap info tersembunyi yang sulit ditemukan lewat pencarian biasa. Generasi tua (55+) lebih fokus pada rekomendasi unik daripada penawaran personal, menunjukkan pola penggunaan berbeda.
Sementara itu, orang tua dengan anak lebih tertarik pada saran yang dipersonalisasi dibanding mereka yang belum punya anak. AI juga dinilai cocok untuk berbagai kelompok usia, menjadikannya asisten digital yang fleksibel dan serbaguna. Namun, informasi dari chatbot AI tetap perlu dicek ulang sebelum dipakai untuk keputusan penting.
Beberapa kasus menunjukkan wisatawan mengalami kendala karena terlalu percaya pada hasil AI saat traveling tanpa riset tambahan. Tautan yang diberikan AI juga bisa mengandung risiko seperti phishing, jadi harus diperiksa dulu sebelum diklik. Solusi keamanan siber seperti Kaspersky Premium disarankan untuk memverifikasi URL dan melindungi transaksi online. Koneksi internet stabil juga penting saat bepergian, dan eSIM bisa jadi pilihan agar tetap terhubung. Akun utama yang berisi data rahasia sebaiknya tidak dihubungkan langsung ke chatbot atau layanan AI lainnya.
Risiko AI untuk Traveling: Data Pribadi dan Keamanan Siber
Meski AI makin populer, kekhawatiran soal keamanan data tetap tinggi di kalangan wisatawan. Sebanyak 48% responden memilih tidak membagikan data sensitif ke AI demi menjaga privasi mereka. Ditambah 37% pengguna yang tetap berhati-hati, total 86% wisatawan mempertimbangkan aspek keamanan saat pakai AI. Hanya 14% responden yang merasa aman sepenuhnya saat berbagi informasi pribadi dengan teknologi ini. Generasi muda (18-34) justru lebih waspada, dengan 52% menghindari pembagian data pribadi ke chatbot AI.
Sebaliknya, generasi tua lebih santai, meski tetap selektif dalam berbagi informasi penting secara online. Negara seperti Indonesia, Spanyol, Inggris, dan Malaysia menunjukkan tingkat kehati-hatian yang lebih tinggi. Sementara itu, wisatawan dari Tiongkok, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab lebih percaya pada keamanan sistem AI. Menurut Kaspersky, sikap hati-hati ini dianggap sebagai pertanda baik di era digital yang penuh ancaman siber. AI memang bisa bantu banyak hal, tapi pengguna tetap perlu waspada dan bijak dalam berinteraksi dengannya. Tugas penting seperti pemesanan atau transaksi sebaiknya dilakukan sendiri, bukan diserahkan ke chatbot.
AI cocok untuk tugas ringan seperti mencari inspirasi tempat wisata atau menyusun itinerary awal. Kaspersky juga mengingatkan soal “halusinasi AI” yang bisa muncul saat chatbot memberikan info yang tidak akurat. Teknologi ini memang makin canggih, tapi tetap butuh pendampingan dan verifikasi dari pengguna. Dengan sikap rasional dan perlindungan siber yang tepat, AI bisa jadi partner liburan yang aman dan efektif.



