
JAKARTA, PCplus – Jaman sekarang adalah jaman big data. Namun bagaimana mendapatkan big data yang relevan dengan bisnis masing-masing? Nestle Indonesia, L’Oreal Indonesia, Cimory dan Wardah punya cara baru, yakni melalui bantuan app mobile bernama Snapcart.
Apa sih Snapcart? Snapcart adalah app mobile yang memungkinkan pembeli mendapatkan cashback dari foto struk belanjaannya. App ini diklaim sebagai yang pertama di Indonesia. Cara kerjanya begini. Pertama-tama unduh dulu app ini di Play Store. Lalu aktifkan dan isi data-data yang diminta, seperti nama, status, sampai jumlah anak yang tinggal dalam satu rumah. Setelahnya silakan browsing untuk mencari tahu barang-barang apa saja yang ada cashback-nya.
Berikutnya, silakan belanja. Tak harus di toko tertentu kok dan tak harus hanya barang yang ada cashback-nya. Di hypermart, maupun toko ritel modern mana saja boleh, yang penting ada struknya. Nah struk ini harus kamu foto. Harus lengkap ya struknya. “Ada Snap button agar mudah mengambil foto. Kalau struknya panjang, ambil multiple snap, struk harus lengkap. Nanti dikasih tahu apakah struk lengkap atau tidak,” jelas Reynazran Royono (Founder & CEO, Snapcart) dalam jumpa pers di Jakarta (2/9/2015).
Selanjutnya, kamu tinggal menunggu verifikasi dari pihak Snapcart tentang cashback. Waktu verifikasi, kata Reynazran, maksimal 2 hari kerja. Selain itu foto struk tidak boleh dikirim lebih dari 7 hari setelah belanja. “Kalau terlalu lama, tidak bisa diproses,” kata Reynazran. Jika strukmu absah menurut Snapcart, maka akun Snapcart-mu akan bertambah sesuai nilai cashback dari sejumlah produk yang kamu beli.
Cashback tidak bisa langsung dicairkan ya, tapi harus dikumpulkan sampai minimal Rp 52.500. Setelah itu barulah kamu perlu mengirimkan data rekening. Dalam tempo 7 hari, uang cashback-mu akan ditransfer.
Eh iya, untuk mencegah aksi pinjam struk, Snapcart membatasi jumlah struk yang dikirimkan per harinya. Maksimal lima struk. “Ada backend analytics untuk membuang data-data yang agak aneh, misalnya struk lima kali dalam 5 menit dengan barang-barang yang agak aneh untuk satu orang. Jika ada struk yang dipinjam akan terdeteksi dan ditolak,” kata Reynazran.
Lalu apa yang didapatkan oleh Nestle, L’Oreal, Cimory dan Wardah melalui kemitraan Snapcart? Snapcart, jelas Reynazran, bisa mengekstraksi informasi dari struk belanja dan informasi tersebut jika diolah akan menyajikan insight yang bagus. “Big data tanpa action plan tidak jadi apa-apa. jadi ada Snapcart. Brand bisa melakukan engagement dengan konsumen secara targeted,” tambahnya.
“Bisa mendapatkan insight tentang konsumen. Consumer insight itu seperti meletakkan puzzle, Dengan Snapcart, bisa perjelas consumer insight,” kata Rully Gumilar (Business Head Confectionery, Nestle). Menurutnya, Snapcart memberikan perilaku pembeli secara real-time dengan melacak ke tingkat individu dan lokasi fisiknya. Informasi tersebut memungkinkan pihaknya untuk menggunakannya demi mempertahankan, menyasar ulang dan mengaktifkan pembeli melalui penawaran pribadi dan kampanye.
Ashley Amanna (Head of Digital Marketing, L’Oreal Indonesia) bahkan yakin Snapcart adalah solusi O2 (offline to online) untuk mempengaruhi pembeli. “Snapcart bagus untuk loyal user, juga untuk (promosi) new products,” tambah Rully.