Friday, April 19, 2024
Enterprise dan Korporasi

Survei: Mayoritas Orang Indonesia Mudah Percaya Informasi dari Dunia Maya

Jakarta, PCplus. Menurut survei Connected Life terbaru dari Kantar TNS, konsumen online di Indonesia jauh lebih percaya dalam melakukan kegiatan online dibandingkan dengan negara-negara lain di wilayah Asia Pasifik.

Survei Kantar TNS menyatakan, konsumen Indonesia juga dinilai kurang skeptis terhadap konten yang mereka lihat dan lebih mudah menerima brand secara online. Menurut Kantar TNS, brand harus terus membangun kepercayaan ini melalui interaksi yang tepat, jika tidak ingin ada risiko hadirnya keraguan dan ketidakpercayaan.

Kantar TNS menyatakan melakukan survei terhadap 70 ribu orang di 56 negara dan melakukan 104 wawancara mendalam sebagai bagian dari riset Connected Life 2017. Riset tersebut menurut Kantar TNS mencari tahu mengenai kepercayaan konsumen terhadap brand yang berkaitan dengan empat tema: teknologi, konten, data, dan e-commerce.

Hasil riset dan survei ini menurut Kantar TNS menunjukkan bahwa optimisme akan konektivitas masih tinggi di Indonesia. Kantar TNS menyebut, berdasarkan survei, hanya sebanyak 22 persen konsumen Indonesia yang peduli tentang data pribadinya yang dimiliki oleh brand, dibandingkan dengan konsumen global sebanyak 43 persen (dengan yang paling besar adalah konsumen Korea sebanyak 59 persen.

Kantar TNS menambahkan bahwa berdasarkan survei ini, hanya sebanyak 15 persen dari konsumen Indonesia yang tidak setuju dengan perangkat yang memantau aktivitas online mereka jika hal itu membuat hidup mereka lebih mudah. Hal ini menurut Kantar sangat berbeda dibandingkan dengan konsumen Korea sebanyak 56 persen dan konsumen Hong Kong sebanyak 54 persen.

Konsumen Indonesia menurut Kantar TNS belum menyadari risiko dari gaya hidup serba terhubung yang membuat konsumen di negara lain menjadi skeptis terhadap cara perusahaan menggunakan data pribadinya.

Konsumen Indonesia menurut Kantar TNS tidak hanya lebih acuh terhadap data pribadi mereka, tetapi juga lebih mudah menerima konten online. Di era “berita bohong”, di mana hanya 1 dari 3 (35 persen) orang di dunia yang menganggap konten yang mereka lihat dapat dipercaya, sebanyak 61 persen konsumen Indonesia dengan senang hati memercayai informasi yang mereka peroleh.

Karena itu, Kantar TNS menyatakan bahwa media sosial tetap menjadi sarana bagi brand untuk menyuarakan pesannya, yang secara umum terlihat memiliki relevansi, terlebih jika brand tersebut menunjukkan pemahaman tentang budaya dan perilaku lokal.

Menurut Kantar TNS, sikap ini menunjukkan bagaimana persepsi konsumen Indonesia terhadap brand, di mana hampir separuh (47 persen) mempercayai brand besar global.

Kantar TNS menyatakan bahwa tingkat kepercayaan sangat bervariasi di antara negara berkembang dan maju di Asia: di Vietnam dan Myanmar, lebih dari separuh konsumen (54 persen di setiap negara itu) memercayai brand besar global, tapi kepercayaan konsumen turun secara signifikan di negara maju seperti Hong Kong dan Korea, di mana hanya 30 persen dan 31 persen yang memercayai brand besar global.

Kantar TNS menambahkan bahwa gaya hidup yang selalu terkoneksi (mobile) di Indonesia menjadikan konsumen terhubung tertarik akan bentuk interaksi yang baru dengan brand.

Ini menurut Kantar TNS terlihat dari sebanyak 45 persen konsumen merasa cukup senang berinteraksi melalui chatbot secara online, dengan hanya 17 persen konsumen yang menginginkan brand memiliki kehadiran offline.

Kantar TNS menambahkan bahwa kondisi geografis Indonesia berupa kepulauan membuat layanan customer service secara offline kadang sulit untuk diakses, sehingga customer service berbasis online disambut dengan baik.

Penerimaan terhadap interaksi AI (artificial intelligence) ini menurut Kantar TNS jauh lebih tinggi daripada negara lain. Contohnya di Korea, di mana sebanyak 37 persen konsumen menganggap brand perlu memiliki layanan offline untuk membuat mereka puas.

Namun, menurut Kantar TNS, pandangan yang progresif terhadap interaksi digital ini tidak terlihat dalam pembayaran mobile. Kantar TNS menambahkan bahwa hanya sebanyak delapan belas persen konsumen Indonesia yang bersedia melakukan pembayaran melalui ponsel.

Dengan besarnya populasi konsumen yang tidak memiliki akses ke layanan perbankan, Kantar TNS menambahkan bahwa pembayaran tunai dan peer-to-peer akan merajai Indonesia. Solusi inovatif dan kepercayaan terhadap sistem finansial menurut Kantas TNS akan dibutuhkan untuk mengatasi hambatan lokal dan menarik orang untuk menggunakan opsi pembayaran yang lebih modern ini.

Ristianto W

Menyukai dunia elektronika, Linux, dan jaringan komputer. Saat ini aktif mengelola beberapa server berbasis Linux.