Teknologi yang Gagal di Pasaran
Inovasi hadir seiring dengan makin berkembangnya teknologi. Namun, jika dibarengi dengan strategi ataupun konsep yang kurang tepat, secanggih apapun suatu produk, pasti akan gagal di pasaran. Nama besar produsen sendiri tidak menjadi jaminan sukses atau tidaknya suatu produk. Apalagi persaingan yang makin sengit dengan kompetitor membuat konsumen memilih produk terbaik yang cocok bagi kebutuhannya.
Dari sekian banyak produk unggulan yang telah hadir, ternyata banyak di antaranya yang gagal di pasaran. Berikut ini beberapa contoh produk teknologi yang gagal di pasaran meski awalnya diharapkan membawa inovasi menarik.
HD-DVD (2002)
Pada awalnya, HD-DVD dan Bluray merupakan dua format video yang bersaing dalam menghadirkan video berdefinisi tinggi. Toshiba dan NEC merupakan pionir yang merilis HD-DVD ke publik pada tahun 2006. HD-DVD pada mulanya sempat sukses dan mengungguli kehadiran Bluray. Namun tidak lama kemudian, HD-DVD mengalami penurunan penjualan. Produk ini pun terbukti gagal di pasaran karena kalah bersaing dari Bluray yang dikomandani oleh Sony. Kegagalan HD-DVD di pasaran karena Bluray berhasil meyakinkan studio-studio film dunia untuk merilis film mereka dalam format Bluray. Sebagai pemilik salah satu studio film utama dunia, usaha Sony ini berhasil dan banyak film-film yang hadir dalam format Bluray. Imbasnya, HD-DVD makin terpuruk dan dukungan terhadap format tersebut pun mulai berkurang. Secara resmi format HD-DVD dihentikan pada tahun 2008.
Microsoft Zune (2006)
Microsoft menghadirkan Zune, sebuah perangkat pemutar musik, untuk menyaingi iPod yang diluncurkan sebelumnya oleh Apple. Namun, Microsoft dianggap terlambat dalam menanggapi persaingan pasar, terutama terhadap kesuksesan iPod yang diluncurkan di tahun yang sama. iPod diklaim memiliki banyak keunggulan yang tidak dimiliki Zune. Selain itu, banyak pengguna yang mengeluhkan masih banyaknya bug yang dijumpai. Ini membuat Zune makin tenggelam dan tidak sanggup bersaing. Microsoft sendiri akhirnya resmi menghentikan seluruh layanan Zune terhitung sejak tahun 2012.
Twitter Peek (2009)
Saat demam Twitter sedang memuncak, sebuah perusahaan bernama Peek mencoba meluncurkan perangkat dengan nama Twitter Peek. Perangkat yang memiliki bentuk mirip BlackBerry mungil ini berfungsi sebagai alat untuk terhubung ke Twitter bagi yang kecanduan dengan media sosial tersebut. Dengan hanya memiliki fungsi terbatas, pengguna tampaknya tidak tertarik dan akhirnya produk itu pun gagal di pasaran. Kekurangan lain yang membuatnya dijauhi pengguna adalah papan ketik qwerty yang digunakan ternyata kurang responsif dan memiliki antarmuka yang janggal.
Blackberry PlayBook (2011)
Salah satu kendala tidak suksesnya penjualan Blackberry Playbook disebabkan dukungan aplikasi serta fungsi yang terbatas. Meski merupakan komputer tablet generasi pertama yang bisa memainkan video definisi tinggi, produk ini miskin aplikasi. Aplikasi yang bisa dibilang merupakan “nyawa” sebuah perangkat mobile luput dari perhatian utama Blackberry. Saat itu, Blackberry malah lebih fokus memamerkan sistem operasi terbaru miliknya. Sejak peluncurannya di awal 2011, Playbook kurang mendapat respons yang baik dengan hanya terjual sebanyak 850 ribu unit saja.
Google Glass (2013)
Konsep yang ditawarkan Google Glass sempat membuat banyak orang penasaran dan ingin mencobanya. Diperkenalkan pada Mei 2013, kehadirannya sempat tertunda beberapa kali dengan alasan penyempurnaan yang terus dilakukan. Setelah direncanakan muncul pada tahun 2014, ternyata Google menjadwal ulang kembali peluncurannya guna memperbaiki segala kendala yang ada. Namun setelah banyak yang mencoba purwarupanya, banyak pengguna yang kecewa dengan kekurangan yang masih dimilikinya, seperti daya tahan baterai, kurang nyaman digunakan, sampai bentuknya yang kaku. Dan yang paling mengecewakan adalah harganya saat itu yang sangat tinggi yaitu US$1.500 atau sekitar 18 juta rupiah.
Facebook Phone (2013)
Facebook dan HTC meluncurkan Facebook Phone yang merupakan smartphone yang khusus dikembangkan untuk pengguna Facebook. Menggunakan platform Android, smartphone ini mengintegrasikan semua fungsi atau fitur Facebook ke dalamnya. Diluncurkan pada tahun 2013 untuk pasar Amerika Serikat, ternyata penjualan produk ini tidak seperti yang diharapkan. Malah smartphone ini dijual dengan potongan harga guna memikat pengguna. Karena tetap tidak membantu meningkatkan penjualan, akhirnya penjualan Facebook Phone dihentikan beberapa bulan setelah peluncurannya.
Fire Phone (2014)
Seperti tak mau kalah dengan Mark Zuckerberg, Jeff Bezos (pendiri Amazon) juga pernah menghadirkan smartphone bikinannya yang diberi nama Fire Phone. Menggunakan sistem operasi hasil modifikasi dari Android, beberapa fitur andalan yang menjadi pembeda sempat membuat banyak orang penasaran. Namun karena Android yang diadopsi telah dimodifikasi ke layanan Amazon, mengakibatkan produk ini kurang didukung pengembang aplikasi. Pengguna pun hanya memiliki pilihan aplikasi yang terbatas dibandingkan menggunakan smartphone berbasis Android (yang memiliki akses ke berbagai layanan Google). Inilah yang menjadi sebab kegagalan penjualan Fire Phone.