Jakarta, PCplus – Keamanan siber merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan oleh organisasi di era digital saat ini. Dengan perkembangan teknologi yang cepat, tantangan keamanan siber juga semakin kompleks dan beragam. Organisasi harus mampu melindungi data dan sistem mereka dari berbagai macam serangan siber yang dapat merugikan reputasi, kinerja, dan keberlangsungan bisnis mereka. Salah satu jenis serangan siber yang sering terjadi di Indonesia adalah infeksi usb.
Baca Juga: Aduh, Ada Malware Windows yang Infeksi Android
Infeksi usb adalah suatu kondisi di mana perangkat usb seperti flashdisk, harddisk eksternal. Atau kartu memori terinfeksi oleh malware yang dapat menyebarkan diri ke komputer atau jaringan lain. Malware ini biasanya bersembunyi di balik shortcut atau folder tanpa nama yang menipu pengguna untuk menjalankannya. Akibatnya, data yang tersimpan di perangkat usb dapat hilang, rusak, atau dicuri oleh peretas.
Menurut penelitian Kaspersky, infeksi usb merupakan penyebab sebagian besar dari 51,2 juta insiden ancaman lokal yang terdeteksi di Indonesia pada tahun 2023. Angka ini menunjukkan penurunan 9,21% dibandingkan tahun 2022. Namun tetap menempatkan Indonesia pada peringkat ke-66 secara global dalam hal tingkat infeksi usb. Penelitian ini juga menemukan bahwa 77% perusahaan di Indonesia mengalami setidaknya satu insiden siber dalam dua tahun terakhir. Termasuk yang disebabkan oleh infeksi usb.
KSN Tahunan | 2020 | 2021 | 2022 | 2023 |
Ancaman lokal | 111,682,011 deteksi | 74,803,899 deteksi | 56,463,262 deteksi | 51,261,542 deteksi |
Faktor Pendorong Infeksi USB
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko infeksi usb, di antaranya adalah:
- Digitalisasi yang pesat. Digitalisasi adalah proses transformasi bisnis dan kehidupan dengan menggunakan teknologi digital. Digitalisasi dapat meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan inovasi, namun juga membuka peluang bagi serangan siber. Organisasi yang belum siap menghadapi tantangan digitalisasi dapat menjadi sasaran empuk bagi peretas yang ingin mencuri data, merusak sistem, atau mengganggu operasional
- Kebijakan BYOD (Bring Your Own Device). BYOD adalah kebijakan yang memungkinkan karyawan untuk menggunakan perangkat pribadi mereka. Perangkat seperti laptop, tablet, atau smartphone boleh dipakai untuk mengakses jaringan dan data perusahaan. BYOD dapat memberikan fleksibilitas, mobilitas, dan kenyamanan bagi karyawan, namun juga menimbulkan risiko keamanan yang tinggi. Jika perangkat pribadi karyawan tidak dilengkapi dengan perlindungan keamanan yang memadai, seperti antivirus, firewall, atau enkripsi, maka perangkat tersebut dapat menjadi pintu masuk bagi malware. Termasuk infeksi usb, untuk menyerang jaringan perusahaan.
- Ketidakpastian geopolitik dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Ketidakpastian geopolitik adalah situasi di mana hubungan antara negara-negara atau kelompok-kelompok politik menjadi tidak stabil, konflik, atau bermusuhan. Ketidakpastian ini dapat memicu perang siber. Yaitu serangan siber yang dilakukan oleh negara, kelompok, atau individu untuk mencapai tujuan politik, militer, atau ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berkelanjutan adalah pertumbuhan ekonomi yang memperhatikan keseimbangan antara aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi. Pertumbuhan ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun juga menuntut penggunaan teknologi yang lebih canggih dan aman.
Cara Mencegah dan Mengatasi Infeksi terhadap USB
Untuk mencegah dan mengatasi infeksi usb, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, di antaranya adalah:
- Menggunakan antivirus yang terpercaya dan selalu memperbarui database virusnya. Antivirus adalah program yang dapat mendeteksi, mencegah, dan menghapus malware, termasuk infeksi usb, dari perangkat usb atau komputer. Antivirus yang terpercaya dan terbaru dapat memberikan perlindungan yang lebih baik dan efektif2
- Memformat perangkat usb yang terinfeksi. Memformat adalah proses menghapus semua data dan struktur file dari perangkat usb. Memformat dapat membersihkan perangkat usb dari infeksi usb, namun juga menghapus data yang tersimpan di dalamnya. Oleh karena itu, sebelum memformat, sebaiknya salin data yang penting ke lokasi yang aman terlebih dahulu2
- Menggunakan kondom usb. Kondom usb adalah alat yang dapat melindungi perangkat usb dari infeksi usb saat dihubungkan ke komputer atau sumber pengisian daya. Kondom usb bekerja dengan mematikan pin data pada kabel usb, sehingga hanya pin daya yang aktif. Dengan demikian, perangkat usb dapat diisi daya tanpa perlu mentransfer data, yang dapat mengandung malware3
- Menghindari membuka atau menjalankan shortcut atau folder yang mencurigakan pada perangkat usb. Shortcut atau folder yang mencurigakan adalah shortcut atau folder yang tidak dikenal, tidak memiliki nama, atau memiliki nama yang aneh pada perangkat usb. Shortcut atau folder ini biasanya merupakan jebakan yang dibuat oleh malware untuk menipu pengguna agar menjalankannya. Jika pengguna membuka atau menjalankan shortcut atau folder ini, maka malware akan aktif dan menyebar ke komputer atau jaringan lain2