“Pelanggan seringkali merasa ragu ketika harus beralih atau mengimplementasikan infrastruktur jaringan ke vendor lain. Padahal keraguan itu tidak disertai dengan alasan dan perhitungan logis. “Lebih dipengaruhi oleh perasaan mereka sendiri,” terang Mark Fabbi , analis kehormatan di Gartner Uxbridge Canada, dalam laporannya yang bertajuk “Debunking the Myth of the Single-Vendor Network”.
Salah satu yang dicemaskan para vendor diantaranya soal pasar jaringan yang masih dikuasai Cisco, sehingga mereka khawatir ketika menambahkan perangkat milik vendor lain akan terjadi kesulitan interoperabilitas dan bertambahnya kompleksitas yang mereka hadapi ketika menggunakan jaringan dari vendor lainnya.
Mereka pun bertanya-tanya, apakah mereka harus menambahkan karyawan baru dengan adanya vendor baru dalam data center mereka? Lalu bagaimana dengan biaya operasional serta perangkat manajemen jaringan yang bisa digunakan untuk mengatur kompleksitas ini?
Berdasarkan hasil risetnya, Fabbi menjawab bahwa kekhawatiran itu hanya tidak terbukti. Sebab, meski Cisco mendominasi lingkungan jaringan dunia, tapi kerumitan yang dibayangkan para vendor sudah dapat diatasi. Sebab, Cisco sendiri telah menambahan fungsi manajemen jaringan untuk mengatur interoperabilitas perangkat antar vendor. Sehingga, menambahkan perangkat vendor lain ke dalam lingkungan data center malahan bisa mengurangi kompleksitas karena vendor lain biasanya membuat jaringan mereka lebih sederhana diakses ketimbang Cisco, terangnya.
Mereka pun bertanya-tanya apakah mereka harus menambahkan karyawan baru? Lalu bagaima dengan biaya operasionalnya?
Menurut Fabbi, para pelanggan tak perlu menambahkan karyawan baru. Sebab, sebenarnya jaringan pada dasarnya bekerja dengan sistem dasar yang sama. Tinggal dilakukan penyesuaian-penyesuaian lewat pelatihan untuk menghadapi antarmuka baru. Masalah biaya operasional pun ternyata dalam jangka panjang justru jatuh lebih murah dalam lingkungan hibrid ketimbang mempertahankan lingkungan jaringan pada satu vendor saja.