JAKARTA, PCplus – Banyak kota di seluruh dunia mengarah pada smart city. Di kota-kota pintar ini, koneksi internet mobile menjadi bagian penting.
Koneksi Internet memang diyakini banyak pihak di seluruh dunia mampu meningkatkan efisiensi, jangkauan layanan, inovasi, peningkatan produktivitas dan penghematan biaya. Mampu mengurai kemacetan lalu lintas, mengurangi polusi di kota-kota besar yang tak henti kedatangan penduduk dari kota-kota yang lebih kecil. Bahkan Bank Dunia mengatakan, peningkatan koneksi broadband 10% bisa mendongkrak GDP (gross domestic product) negara sampai 1,5%.
Sementara itu di Indonesia, diperkirakan akan ada 164 juta pengguna Internet pada tahun 2018. Di tahun itu pula, sebanyak 531 juta perangkat akan terhubung ke Internet. Begitu menurut laporan Cisco Visual Networking Index (2014 -2018).
Cuma untuk membangun komunitas yang saling terhubung, bukan hanya perlu konektivitas broadband dan digitalisasi. Untuk percepatan transformasi, menurut Cisco juga diperlukan hal-hal lain. Berikut adalah 10 tips dari Cisco yang perlu dipegang oleh organisasi dan komunitas untuk mendorong pembangunan smart city di Indonesia.
1. Pilih pemimpin yang memiliki visi: Tokoh panutan yang tepat dapat menjadi katalis untuk dapat mengatasi semua tantangan lain yang ada dalam evolusi yang rumit menuju smart city. Langkah pertama ini, bahkan, merupakan langkah yang penting dan harus menjadi hal pertama yang dilakukan.
2. Lebih dari sekedar berencana: Rencana harus diwujudkan menjadi tindakan. Proses tersebut mencakup meninggalkan birokrasi yang rumit dan mendapatkan visibilitas dan input yang lebih luas dari warga, bisnis dan penyedia teknologi dan solusi untuk smart city.
3.Mulai proyek percobaan yang membuktikan nilai dari perencanaan yang lebih besar: Proyek percobaan yang dilaksanakan dengan hati-hati, dengan estimasi biaya, keuntungan dan analisis OI yang sederhana untuk setiap proyek akan membangun jalan sukses bagi rencana yang lebih besar.
4.Pahami biaya dan keuntungannya: Hasil survei Cisco menunjukkan kota-kota memahami manfaat dari smart city dalam skala global, tetapi tidak bisa menerjemahkan keuntungan tersebut ke dalam metrik-metrik yang spesifik untuk diterapkan di kota mereka, mau pun memiliki model atau tools untuk melakukan hal tersebut.
5.Pertimbangkan pilihan-pilihan pendanaan yang tersedia: Meskipun obligasi pemerintah dan pilihan pendanaan serupa merupakan pilihan yang umum, banyak kota tidak sadar akan pilihan pendanaan lain yang lebih baik yang tersedia. Dengan pilihan yang berbeda untuk pengadaan teknologi, misalnya, kota-kota dapat beralih ke model bisnis yang mendefinisikan proyek-proyek pembangunan smart city ini sebagai pengeluaran operasional, dibandingkan dengan pengeluaran modal.
6. Tingkatkan dukungan internal: Untuk meringankan hambatan internal dan kurangnya tata-kelola lintas vertikal, penting bagi kota untuk menciptakan tim lintas-departemen untuk membantu mengumpulkan sumber-sumber pendanaan dan menyamakan prioritas dalam menyelesaikan proyek-proyek strategis.
7. Pertimbangkan pilihan teknologi yang ada: Solusi smart city yang berbasis cloud dan Software-as-a-Service (SaaS) yang menghadirkan efisiensi secara ekonomi sudah tersedia saat ini. Dan, tipe solusi-solusi ini juga memberikan efisiensi dalam hal sumber daya manusia, karena tenaga ahli eksternal dapat menjadi perpanjangan dari tim TI internal hanya dengan sedikit tambahan investasi. Bilamana memungkinkan, manfaatkan Smart Regulation dan Open Architecture untuk membantu memitigasi kekuatiran akan interoperabilitas.
8. Mulai memobilisasi teknologi: Kurangnya aplikasi yang dirancang untuk komunikasi mobile – yang dimana komunikasi mobile telah menjadi bagian penting dari solusi smart city – akan menjadi masalah bagi kota. Penggunaan mobile tengah meningkat drastis, dan bisnis, turis, dan pengunjung yang mengerti teknologi akan mengharapkan komunikasi mobile dari kota tersebut untuk dapat memenuhi kebutuhan mereka.
9.Belajar dari yang lain: Kota-kota di seluruh dunia sudah mulai beramai-ramai mengambil inisiatif menuju smart city, dan mereka bersedia berbagi pengalaman. Banyak anggota dari Smart City Council, sebagai contohnya, sudah berbagi wawasan-wawasan mereka.
10. Temukan partner yang tepat: Tools, sumber daya, dan keahlian yang tepat dapat membantu kota untuk setiap langkah yang disebutkan di sini. Dengan kemitraan yang tepat, para pejabat pemerintahan dapat meraih dukungan yang mereka perlukan untuk dengan cepat berevolusi dan merealisasikan keuntungan smart city yang tersedia untuk mereka.
Sebagai catatan, di tahun 2009, Cisco memperkenalkan cetak biru yang menyeluruh untuk Smart+Connected Communities (S+CC). Ini adalah sebuah inisiatif global yang menggunakan jaringan sebagai platform untuk mentransformasikan komunitas fisik menjadi komunitas yang terhubung dan berjalan di jaringan informasi yang memberikan ketersinambungan dalam hal ekonomi, sosial dan lingkungan.
Saat ini, bersama dengan partner ekosistemnya, Cisco telah menciptakan platform bertenaga dan terintegrasi yang memanfaatkan teknologi, aplikasi, dan model bisnis terbaik untuk meningkatkan cara komunitas dan kota dirancang, dibangun, dan dijalankan – mulai dari penerangan sampai pengelolaan sampah, dari layanan parkir sampai lalu lintas, sampai dengan keamanan.