Eksis 110 Tahun, Ericsson Ajak Mahasiswa Urai Kemacetan Jakarta
JAKARTA, PCplus – Bagi sebagian orang, Ericsson bukan nama asing. Handset Ericcson sekitar 20 tahun lalu sangat beken, dan menurut menteri komunikasi dan informatika Rudiantara yang hadir dalam acara Ericsson Smartnovation Indonesia Hackathon 2017, salah satu yang terbaik saat itu.
Rekomendasi Produk PCplus
-
GEEKOM Mini PC MiniIT11 Intel Core i7-11390H 16GB DDR4 512GB SSD Win11
Rp6,290,000.00 Beli Sekarang -
Sale!
ASUS ROG FLOW X13 GV301RA – R7RADA6T-O – R7-6800HS – SSD 512GB – 120HZ
Rp18,699,000.00 Buy product -
Sale!
Lenovo ideapad Slim 3i-14ITL6 – HYID i3-1115G4 SSD 256GB Arctic Grey
Rp5,899,000.00 Beli Sekarang -
Telkomsel Orbit Pro Modem WiFi 4G High Speed
Rp1,129,000.00 Beli Sekarang
Ericsson memang bukan pendatang baru. Perusahaan teknologi asal Swedia ini sudah 110 tahun berkiprah di tanah air. Sebagai bagian perayaannya, Ericsson menantang 60 mahasiswa dari empat perguruan tinggi di Indonesia untuk membuat solusi berbasis ICT yang dikemas dalam ajang Ericsson Smartnovation Indonesia Hackathon 2017. Tepatnya solusi untuk mengurai kemacetan lalu lintas Jakarta.
Mengapa solusi untuk kemacetan Jakarta yang dipilih? Karena di Jakarta, menurut data Polda Metro Jaya 2015 yang dirilis BPS, ada lebih dari 17 juta kendaraan sehingga kemacetan pasti tak terelakkan.
Selama 20 jam (22 – 23 Mei 2017), 12 tim dari UI, ITB, Universitas Telkom dan Universitas Bina Nusantara, diminta mendesain dan mendemokan konsep IoT (Internet of Things) dan Smart City. “Ini yang pertama di Indonesia (bagi Ericsson)”, jelas Ulf Ewaldsson (Senior Vice President and Head of Business Area Digital Services, Ericsson).
Pemenangnya dihadiahi uang total Rp 50 juta. Mereka juga berkesempatan mengikuti program magang Ericsson Indonesia.
Lalu siapa yang menang? Adalah tim no.6 dari ITB. Tim beranggotakan lima orang itu
membuat aplikasi mobile untuk transportasi umum, seperti metromini, yang bisa menunjukkan rute kendaraan. Alasannya, transportasi publik menghabiskan waktu karena suka ngetem (menunggu penumpang) dan menaikkan tarif seenaknya.
Maka dibuat aplikasi dengan interface yang mirip Uber atau Grab. Calon penumpang bisa melakukan booking dan melacak rute kendaraan. Aplikasi juga bisa menunjukkan berapa kursi tersisa dalam kendaraan. Aplikasi disebutkan juga memanfaatkan machine learning untuk mempelajari kebiasaan pengemudi.