Sebuah penelitian yang dilakukan Osterman Research mendapati kalau kecanduan e-mail membuat orang jadi kurang beretika. Sebanyak 20 persen orang yang disurvei mengaku pernah memeriksa e-mail di acara pernikahan, 30 persen pada saat acara kelulusan, dan 15 persen pada saat upacara pemakaman. Sebanyak 10 persen pernah menerima lamaran pernikahan lewat e-mail dan 6 persen pernah menerima ajakan bercerai.
Data menarik lainnya adalah 78 persen pernah memeriksa e-mail di dalam kamar mandi. Data yang lebih menarik lagi adalah ada orang yang pernah membaca e-mail pada saat melakukan hubungan intim. Sebanyak 11 persen mengaku pernah melakukan hal itu.
Selain kurang beretika, kecanduan e-mail didapati bisa membahayakan keselamtan. Survei itu menemukan kalau 76 persen orang pernah mengirim pesan pada saat berkendara.
Kebutuhan orang untuk terus-terusan memantau e-mail merupakan tanda kalau orang itu merasa tertekan untuk selalu bekerja. Begitu menurut laporan hasil survei. Sebanyak 94 persen memeriksa e-mail pada malam hari, 93 persen pada saat hari libur. Orang yang membawa perangkat mobile untuk memeriksa e-mail pada saat liburan berjumlah 79 persen.
“Karena e-mail sudah jadi bagian penting dari suatu proses bisnis, orang merasa harus dapat dihubungi kapan saja,” ucap Michael Osterman, Osterman Research President. Ia lalu menambahkan, “Orang sangat tergantung pada e-mail. Kalau satu jam saja layanan e-mail bermasalah, 85 persen responden merasa proses bisnis mereka terganggu.”