DENPASAR, PCplus – Proyektor kini bukanlah milik orang kantoran saja.. Ia tidak hanya hadir di ruang rapat perkantoran, tapi juga di ruang-ruang kelas dan lab sekolah, tempat ibadat, bahkan di bioskop pribadi di rumah. Di banyak sekolah, proyektor sudah mulai menggeser peran papan tulis dan white board, sebagai penampil gambar berwarna yang lebih akurat.
Memilih proyektor saat ini gampang-gampang susah. Merek, model yang tersedia sangat beragam. Harganya pun bervariasi. Banyak merek yang menawarkan ANSI lumens yang tinggi. Namun saat ini juga ada spesifikasi lain untuk mengukur tingkat terang sebuah proyektor, yakni CLO (color light output).
Apa sih CLO? Ini adalah cara untuk mengukur tingkat terang sebuah proyektor yang tidak hanya berlaku untuk warna putih yang paling terang (inilah yang dilakukan pada spesifikasi ANSI lumens), tetapi juga untuk warna merah, biru dan hijau. Pada pola tes, masing-masing warna itu diukur tingkat terangnya secara terpisah, lalu hasilnya dijumlahkan. Jadi kalau jumlahnya 2700 lumens, seperti pada proyektor 3LCD Epson EB-X200, artinya sebesar itulah tingkat terang maksimal dari warna yang bisa dihasilkan proyektor.
CLO berbeda dengan lumens. Pada lumens, pola tes yang digunakan adalah warna putih 100%. Jadi kalau angka dari luxmeter terbaca 2000 ANSI lumens ini berarti itulah tingkat terang maksimal warna putih yang bisa dihasilkan sebuah proyektor.
Spesifikasi ANSI lumens biasanya ditonjolkan oleh proyektor DLP seperti Optoma. Sementara CLO digadang-gadang oleh proyektor 3LCD tiga-chip seperti Epson. Pada proyektor 3LCD yang punya kanal warna terpisah untuk warna merah, biru dan hijau seperti Epson EB-S200 atau X200, CLO maksimal dan white light output maksimalnya pasti selalu sama. Jika disebut 2700 ANSI lumens, berarti CLO-nya juga sebesar 2700 lumens.
Lalu bagaimana dengan kebanyakan proyektor DLP single-chip yang ditujukan untuk di ruang rapat atau ruang kelas? Di proyektor ini, warna ditentukan roda warna yang berputar. Roda ini punya filter merah, biru dan hijau, juga putih dan mungkin juga filter sekunder (cyan atau kuning). Filter putih melewatkan cahaya putih dari lampu untuk mem-bypass filter-filter warna dan menaikkan tingkat terang image. Maka putih akan terlihat sangat terang seperti yang diukur oleh metoda ANSI Lumens.
Tapi kalau warna merah, hijau dan biru diukur secara terpisah dan dijumlahkan seperti diharuskan oleh spesifikasi CLO, nilai putihnya akan jauh berkurang. Alhasil, pada proyektor DLP single-chip yang filter putihnya ada dalam roda warna, angka CLO-nya pasti jauh lebih kecil dibandingkan angka ANSI lumens. Karena itulah, produsen proyektor DLP single-chip tak pernah menyebutkan angka CLO produknya.
Jadi mana yang lebih baik? CLO atau ANSI lumens? Pada demo yang ditunjukkan Epson saat memperkenalkan proyektor EB-S200/X200 di Bali (5/12/2013), ditunjukkan bagaimana dua proyektor dengan ANSI lumens yang sama memberikan warna yang berbeda. Pada proyektor 3LCD, warna buah-buahan terlihat lebih hidup dibandingkan milik proyektor DLP.