JAKARTA, PCplus – Perlindungan terhadap serangan malware, virus dan serangan-serangan cyber lainnya kini tak lagi bisa disediakan oleh perangkat yang ada saat ini. Sejumlah 47% perusahaan dari 13 ribu perusahaan yang menggunakan cara perlindungan lama justru terserang.
“Musuh semakin profesional, terorganisasi dan punya banyak dana. Andaikan bisa dihalau, biasanya mereka akan kembali lagi (menyerang). Mereka makin canggih dan dipersenjatai perangkat yang lebih baik,” tutur Terrance M. Tangit (Regional Director, Vietnam, Indonesia & South East Asia New Markets, FireEye) dalam jumpa pers di Jakarta (19/8/2014).
Tangit mengatakan, saat melakukan Prove of Value (PoV) banyak kustomer yang menggunakan cara perlindungan lama, seperti antivirus, mendapati bahwa data mereka disadap. Padahal signature antivirus mereka up-to-date. Kegagalan cara perlindungan lama itu, terang pria kelahiran Malaysia itu, dikarenakan perlindungan yang ada itu didesain untuk melakukan sesuatu yang ada saat itu, yang sudah terdeteksi.
“Yang menjadi masalah sekarang adalah ancaman yang tidak diketahui (unknown threat),” ucap Tangit. Unknown threat, kata Tangit, harus ditangani dengan tool seperti FireEye. “(pendekatan) Kami beda. Kami bak pencicip makanan (food tester) yang memeriksa di lini terdepan sehingga tahu apakah ada penyusupan. Bak pencicip makanan bagi raja, kami juga bisa tahu kombinasinya, misalnya akan muncul racun jika zat tertentu bereaksi dengan zat lain,” begitu analogi Tangit.
Tangit menjelaskan, Fireeye mampu mencegah dampak dari insiden sekuriti, seperti pencurian aset dan IP, gangguan operasional bisnis dan resiko kehilangan reputasi. FireEye punya kemampuan multi vektor, hypervisor, juga tidak berbasis signature, dan mampu menemukan ancaman yang sudah dikenal maupun yang belum.
“Sebenarnya kami lebih serupa lab DNA, yang bisa melihat detil di balik ulah file, permintaan DNS dan lain-lain. Kami membuat banyak virtual machine sehingga bisa melihat perilaku dan mengidentifikasi aktivitas jahat dan memahami bahaya,” tukas Bryce Boland (Vice President & Chief Technology Officer, Asia Pacific, FireEye).
Di Indonesia, FireEye siap mengamankan empat sektor, yakni sektor keuangan, telekomunikasi, perminyakan dan gas, dan pemerintahan melalui dua distributor (PT Wescon dan PT Bluepower Technology). “Juga sektor UKM (usaha kecil menengah) yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia,” kata Tangit.
Untuk mengetahui apakah sebuah perusahaan aman, tidak memiliki celah-celah penyerangan, FireEye menawarkan jasa assessment. “Mirip medical check-up. Tentu tidak gratis,” kata Tangit.