JAKARTA, PCplus – Siapa yang tak pakai gadget saat ini? Mungkin nyaris tak ada. Bahkan anak kecil yang belum bisa baca tulis sekarang sudah fasih menggunakan perangkat tersebut. Biasanya sih untuk main game, dan dalam jangka waktu lama (lebih dari 1 jam).
Namun tahukah kamu kalau gadget bisa bikin mata terganggu? “Gadget menimbulkan gangguan tidak hanya di mata, tapi seluruh tubuh. Dewasa maupun anak. Mata menjadi kurang istirahat. Pengaruhnya tidak hanya pada mata, tapi ke metabolisme atau hormon,” ucap dr. Imsyah Satari SpM (CEO, SMEC Group) dalam talk show “Pengaruh Gaya Hidup Modern terhadap Kesehatan Mata” di Jakarta (16/10/2014). Gadget, kata dokter spesialis mata yang gemar main catur online ini, bahkan telah membuat jumlah pasien mata di seluruh dunia bertambah.
“Semakin sering lihat (layar) gadget, mata semakin dipaksa bekerja keras. Mata menjadi lelah. Banyak yang sekarang matanya lelah, merasa selalu ngantuk, matanya merah. Ngantuk itu karena matanya lelah,” jelas dr. Ikhsan Revino SpM (Penanggung Jawab, Klinik Spesialis Mata SMEC Jakarta). Penggunaan gadget yang berlama-lama, kata dr. Ikhsan, juga bisa mengakibatkan perubahan hormon. “Pasien katarak sekarang makin muda, 30% di bawah 50 tahun. Dulun 60 tahun ke atas,” tambahnya.
Gangguan mata akibat memandang layar gadget – smartphone, ponsel, tablet, notebook, juga monitor komputer – dalam waktu lama, seperti mata lelah, mata merah, biasanya tak digubris pengguna. Padahal menurut dr. D.A.N. Canara Sari SpM dari klinik mata SMEC Jakarta, main gadget dengan posisi sangat dekat dengan mata dan berjam-jam akan mengganggu penglihatan dan kemampuan fokus jarak jauh. “Ada hubungan (pemakaian) gadget dengan myopia (rabun jauh),” kata dokter spesialis mata anak tersebut.
Aktvitas di depan gadget yang nyaris tanpa henti , tambah dr. Ikhsan, tidak jarang membuat mata menjadi berukuran silindiris. Celakanya, ukuran silindris itu tidak bisa dihilangkan seumur hidup.
Karena itulah dr. Imsyah menekankan pentingnya pemeriksaan mata, tidak hanya untuk mengecek katarak bagi seluruh anggota keluarga, termasuk bayi. “Di seluruh dunia angka kebutaan pada tahun 2005 45 juta. Tahun 2020, bisa jadi 90 juta bila tidak dilakukan apa-apa. Tapi di Indonesia angkanya lebih tinggi. Untuk katarak, Indonesia 0,75. Di Thailand jauh lebih kecil,” tuturnya.
Kabar baiknya, ada program Cek Mata Yuk! dari klinik mata SMEC Jakarta bagi kamu sekeluarga yang ingin memeriksakan kesehatan mata (bukan cuma tes penglihatan baca huruf ABCD ya). Tujuannya agar masyarakat Jakarta sadar akan pentingnya pemeriksaan mata sejak dini.