Cibitung, PCplus – LG baru saja memperkenalkan secara resmi jajaran TV terbarunya untuk pasar Indonesia di tahun 2016 ini. Para TV itu dikelompokkan ke dalam tiga lini, yakni OLED TV, Super UHD TV, dan Smart TV. Ketiganya menawarkan peningkatan dibandingkan versi sebelumnya dan diharapkan mampu “menyegarkan” kondisi pasar yang sedang lesu akibat nilai tukar rupiah yang masih lemah.
“Di tengah kondisi perekonomian yang kurang baik kami mencoba untuk berinovasi dan berkompetisi sehingga kami bisa untuk hadir di tengah-tengah pasar domestik yang sedikit agak lesu,” sebut Yanus Sularto Kencana Putra (General Manager Production Factory Cibitung LG Electronics Indonesia).
Dibandingkan versi sebelumnya, LG OLED TV yang baru diluncurkan ini memiliki kelebihan utama pada resolusi. Ia telah memiliki resolusi sebesar 3.840 x 2.160 pixel alias sudah Ultra HD yang populer dengan sebutan 4K. Sebelumnya, LG OLED TV yang resmi hadir di Indonesia hanya mengusung resolusi 1.920 x 1080 pixel alias Full HD.
OLED (Organic LED) sendiri menawarkan sejumlah kelebihan terhadap LCD. Kelebihan ini utamanya disebabkan kemampuan OLED menghasilkan cahayanya sendiri seperti halnya LED. Ia tidak butuh backlight layaknya LCD. Salah satu akibatnya, pada scene dengan contrast tinggi, ia bisa menampilkan warna hitam yang pekat, bukan keabu-abuan, berhubung setiap pixel bisa sepenuhnya mengatur cahayanya sendiri.
Backlight LCD, baik itu LED maupun CCFL, jumlahnya terbatas alias bukan per pixel sehingga membuat pixel yang berdekatan akan memperoleh intensitas backlight yang sama. Hal tersebut mengakibatkan pixel yang menampilkan warna hitam, bila berdekatan dengan pixel yang menampilkan warna putih, sulit memberikan warna hitam pekat.
“Kalau kita menonton di LCD TV, bintangnya itu gak kelihatan, seakan-akan kotanya penuh dengan polusi, nah sedangkan kalau misalnya di OLED TV, kita bisa melihat bintangnya itu bertebaran gitu di angkasa karena tidak ada polusinya,” ujar Kevin A. Bunthara (Product Marketing TV LG Electronics Indonesia).
Selain itu, OLED juga menawarkan response time yang lebih cepat ketimbang LCD. Hal ini memungkinkan OLED untuk menampilkan gerakan yang lebih mulus. Khusus LG OLED TV, teknologi OLED yang digunakan, termasuk subpixel WRGB-nya, membuat beberapa kekurangan OLED seperti daya tahan dan tingkat kecerahan bisa dimitigasi.
Sebagai LG OLED TV 4K pertama di Indonesia, 65EG965T dengan ukuran layar 65 incinya ini, ditawarkan dengan harga Rp69.999.000,-.
Sementara LG UH850T yang masuk ke dalam lini Super UHD TV terbaru, antara lain menawarkan HDR Super yang mendukung Dolby Vision, local dimming, brightness yang lebih tinggi, dan dilengkapi dengan lapisan yang meminimalkan refleksi cahaya dari luar.
HDR (High Dynamic Range) memungkinkan dynamic range yang lebih tinggi sehingga scene dengan contrast tinggi bisa ditampilkan lebih baik. Selain standar HDR10, TV Ultra HD 3.840 x 2.160 pixel ini juga mendukung Dolby Vision sehingga menawarkan kompatibilitas yang lebih luas.
Local dimming membagi backlight ke dalam berbagai zona dan setiap zona bisa memberikan intensitas yang berbeda. Tujuannya tentu saja warna hitam dan contrast yang lebih baik. Adapun dua fitur terakhir bertujuan memungkinkan gambar yang lebih cerah dan mengurangi efek “cermin”.
LG 55UH850T dengan layar 55 incinya ditawarkan dengan harga Rp31.999.000,-, sedangkan varian 65 incinya ditawarkan seharga Rp44.999.000,-.
Untuk lini yang ketiga, Smart TV terbaru dari LG, telah menggunakan WebOS 3.0. Salah satu fitur andalannya adalah Magic Zoom. Fitur ini membolehkan pengguna untuk melakukan zoom sampai lima ratus persen. Selain pada keseluruhan gambar, khusus dengan bantuan Magic Remote, zoom ini bisa dilakukan pada area tertentu pula.
Pada kesempatan yang sama, LG juga menyebutkan komitmennya untuk memproduksi seluruh lini TV terbarunya ini di Indonesia, tepatnya pada pabriknya di MM2100 Cibitung. Tak sekadar untuk Indonesia, produksi dari pabrik ini pun ditujukan untuk Australia dan negara Asia Tenggara lain. Dari sekitar 300 ribu display (TV dan monitor) yang diproduksi setiap bulannya, 50%-nya untuk pasar Indonesia, 35%-nya untuk pasar Australia, dan sisanya untuk pasar negara Asia Tenggara lainnya.