None Developers, tim developer muda asal Universitas Trunojoyo, Indonesia berhasil keluar sebagai runner-up Imagine Cup 2016 tingkat dunia untuk kategori Games dengan karyanya, Froggy and the Pesticide.
Froggy and the Pesticide merupakan sebuah game yang didesain untuk menanamkan kesadaran lingkungan. Melalui game tesebut, keempat anak muda Indonesia asal Madura ini hendak menyarankan penggunaan biopestisida dan memberikan informasi tentang bahaya pestisida. Atas prestasi yang mereka torehkan, None Developers sukses membawa pulang hadiah sebesar US$10 ribu.
Di ajang Imagine Cup 2016, keempat anggota None Developers, yakni M. A. Kholiq, Anwar Fuadi, Astu Masrundi, dan Achmad Dany Romadhon, mendapatkan bimbingan dari Asadullohil Ghalib Kubat, anggota tim Solite Studio asal Universitas Trunojoyo. Solite Studio sendiri pada tahun 2013 lalu juga meraih posisi kedua di ajang Imagine Cup tingkat dunia untuk kategori Games di Rusia.
Imagine Cup (sebuah kompetisi yang diselenggarakan Microsoft untuk pelajar) telah berlangsung selama empat belas tahun. Ajang final tingkat dunia Imagine Cup 2016 sendiri diakhiri dengan petualangan selama tiga hari bagi 35 tim pelajar global yang bersaing untuk mendapatkan uang tunai serta hadiah senilai lebih dari US$200 ribu, sesi mentoring 1:1 dengan CEO Microsoft Satya Nadella dan gelar juara Imagine Cup.
Juri tahun Imagine Cup 2016 berasal dari sejumlah kalangan profesional, termasuk John Boyage (pemeran utama Star Wars: The Force Awakens), Dr. Jennifer Tang (salah satu anggota Tim Eyenaemia yang menjadi juara Imagine Cup 2014 lalu), dan Kasey Champion (insinyur perangkat lunak berpengalaman sekaligus Pengembang Kurikulum Ilmu Komputer di Microsoft).
Sejak diadakan pada tahun 2003 lalu, Microsoft Imagine Cup menjadi kompetisi teknologi global yang dikenal oleh para pesertanya sebagai “Olimpiade kompetisi teknologi pelajar”. Bagi sebagian besar tim peserta di seluruh dunia, perjalanan mereka ke Imagine Cup World Finals telah dimulai sejak Agustus 2015 lalu ketika mereka membentuk tim di sekolah/universitas masing-masing untuk berkompetisi di tingkat lokal. Ini dilakukan agar bisa masuk kualifikasi World Finals.