JAKARTA, RABU – Di Indonesia, mayoritas pembicaraan korporat sementara ini masih didominasi oleh CAPEX (capital expenditure), bagaimana menghemat biaya, alias efisiensi. Namun menurut Dedi Widharwanto (System Architect, STG, IBM Indonesia) dalam acara InfoKomputer Forum 2013 (19/6/2013) di Jakarta, 71% CEO (chief executive officer) sudah memahami pentingnya perubahan teknologi.
Ini juga tercermin dalam catatan IDC tentang pergeseran pola belanja TI. Tahun lalu, belanja TI di tanah air didominasi oleh perangkat klien dan layanan TI. Namun mulai tahun 2013, pengeluaran TI kebanyakan untuk hardware dan pencarian teknologi baru seperti cloud, managed/data center services, virtualisasi dan mobilitas.
“Perubahan teknologi menjadi penting agar perusahaan bisa berubah atau maju. Menjadi kunci keberhasilan,” ucap Dedi yang mengambil data dari survei Global Chief Executive Officer Mei 2012. Sementara dulu, yang diutamakan bukanlah perubahan teknologi, tapi sumberdaya manusia.
Saat ini, kata Dedi, banyak CIO yang sudah tahu bahwa kalau mau kompetitif mereka harus membuat data menjadi info, lalu menganalisisnya untuk menjadi insight. Masalahnya, apakah infrastruktur perusahaan sudah dioptimasi, sehingga bisa menyajikan insight, dan bukan sekadar data, informasi atau grafik? Sebab, tujuh puluh persen anggaran TI di banyak perusahaan masih lebih banyak dialokasikan untuk urusan operasional dan maintenance (bayar listrik, lisensi software, servis, perbaikan), bukan untuk mendukung bisnis baru yang bisa perusahaan bertambah maju atau berubah.