Jakarta, PCplus – AI sudah menjadi teknologi yang terus dikembangkan di berbagai bidang, termasuk operasional ritel. Penggunaan kecerdasan buatan (AI) menjadi salah satu isu penting di industri ritel saat ini. Ia dapat mempermudah dan meningkatkan kinerja bisnis, dan AI sudah banyak digunakan untuk layanan pelanggan. Hal ini terlihat dari kenaikan sebesar 40% pada tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) antara tahun 2021 dan 2027 di wilayah Asia Pasifik. Jika melihat kondisi di Indonesia saat ini, penerapan AI untuk ritel belum sampai menghasilkan automasi atau peningkatan proses yang signifikan.
Baca Juga: Ada Nih, App Android dengan AI untuk Tangkal Ancaman Cyber
Menurut penyedia solusi perencanaan ritel terpadu terkemuka, RELEX Solutions, menggabungkan AI ke dalam peramalan permintaan dan pengoptimalan inventaris sangat mungkin dilakukan.hal ini dapat meningkatkan ketersediaan produk, mengurangi limbah, menyederhanakan proses distribusi, dan meningkatkan efektivitas operasional dalam distribusi dan toko. Hal ini sangat berlaku untuk industri ritel, di mana kegiatan operasi pasar dilakukan dalam skala yang sangat cepat dan besar.
“Operasional bisnis harus tetap berjalan dengan lancar meski di tengah perubahan. Penerapan AI di industri ritel menjadi suatu kebutuhan bagi bisnis untuk mendorong profitabilitas sekaligus menghemat biaya,” kata Kristie Davison, Vice President APAC di RELEX Solutions. “AI membantu peritel menghemat biaya berlebih dan mengelola arus kas mereka untuk keberlanjutan bisnis yang lebih baik.”
Penerapan AI dalam operasional ritel sehari-hari menawarkan sejumlah manfaat bagi peritel Indonesia, antara lain:
Menghemat biaya operasional melalui prakiraan permintaan otomatis.
Di tengah lonjakan harga barang dan jasa, masyarakat Indonesia menjadi lebih sensitif terhadap pergerakan harga. Misalnya dengan mulai mencari diskon dan potongan harga, serta menilai toko atau situs mana yang menawarkan harga paling kompetitif. Agar dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan ini, peritel perlu memanfaatkan automasi untuk menghemat biaya operasional dan menawarkan harga yang kompetitif.
AI membantu memprediksi dampak dari faktor pendorong permintaan seperti promosi, tawaran harga, tampilan produk, dan data ramalan industri untuk memperkirakan permintaan secara akurat dan mengoptimalkan penyetokan ulang barang-barang. Bagi kegiatan ritel, hal ini berarti mereka dapat mengalokasikan tenaga kerja mereka dengan lebih baik dan menghindari kerugian. Perusahaan sekarang dapat menggunakan prakiraan permintaan otomatis yang didorong oleh AI untuk menghemat biaya operasional. Perusahaan juga dapat membuat keputusan yang lebih tepat dalam hal pengelolaan inventaris dan aspek bisnis penting lainnya.
Meningkatkan efisiensi pengelolaan inventaris omnichannel
Meskipun peritel diharapkan akan mengalami peningkatan kunjungan pelanggan, kanal online akan tetap menjadi populer karena kemudahan/kenyamanan penggunaan dan penghematan yang mereka tawarkan melalui promosi digital. Menurut laporan oleh Meta dan Bain & Company pada tahun 2022, Indonesia memiliki mayoritas konsumen digital di Asia Tenggara dengan jumlah sekitar 168 juta orang. Selain itu, Indonesia juga diproyeksikan akan terus meningkatkan nilai barang dagangannya (gross merchandise value/GMV) sebesar 17% pada tahun 2027.
Dengan meningkatnya permintaan untuk omnichannel, peritel harus fokus untuk mengintegrasikan bisnis mereka dan mulai mengelolanya sebagai satu kesatuan yang utuh. Transformasi ini merupakan tugas yang menantang yang membutuhkan pelaporan real-time yang akurat untuk mengelola ekspektasi pelanggan secara memadai. Alat bantu yang tepat memastikan pemenuhan pesanan online, backorder pelanggan, dan pesanan online diperhitungkan dengan benar.
Menyajikan pengalaman pelanggan yang lebih baik
Jika peritel kehabisan stok, mereka dapat kehilangan penjualan dan pelanggan. Efisiensi operasi pengisian ulang peritel sangat penting untuk menjaga kepuasan pelanggan dan profitabilitas bisnis. Namun, sebuah studi terbaru oleh RELEX Solutions menemukan bahwa hampir 50% peritel tidak mengetahui berapa banyak stok yang mereka miliki di setiap toko. Ini kemudian menimbulkan kesenjangan dalam pendekatan strategis untuk keakuratan dan tingkat efektivitas pemesanan yang dilakukan perusahaan-perusahaan tersebut.
Untuk tetap berada di radar konsumen, peritel perlu memprioritaskan sistem pengisian stok barang yang efisien tanpa membebani sumber daya. Mengingat konsumen dapat berbelanja kapan saja dan di mana saja, teknologi AI dan pembelajaran mesin membantu merek menjaga jumlah inventaris yang tepat. Termasuk memperkirakan perubahan permintaan, dan menyesuaikan pesanan pengisian ulang, sehingga mendorong peningkatan layanan, penjualan, dan kepuasan pelanggan.