Jakarta, PCplus – Laporan “State of Stalkerware 2023” oleh Kaspersky telah mengungkapkan bahwa sekitar 31.000 pengguna telepon seluler di seluruh dunia menjadi target stalkerware. Stalkerware sendiri dipercaya menjadi penyebab kekerasan digital.
Baca Juga: Ransomware Naik 30%: Ancaman Serius bagi Dunia Bisnis
Stalkerware adalah perangkat lunak pengawasan yang sering digunakan oleh pelaku kekerasan dalam rumah tangga untuk memantau aktivitas korban mereka secara rahasia. Meskipun stalkerware seringkali bersembunyi di balik topeng aplikasi anti-pencurian atau kontrol orang tua yang sah, pemasangannya tanpa izin korban memberikan pelaku kontrol penuh atas kehidupan korban.
Laporan tahunan ini bertujuan untuk memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang prevalensi penguntitan digital di seluruh dunia. Pada tahun 2023, tercatat ada peningkatan hampir 6% (5,8%) pengguna yang terdampak stalkerware. Dengan total 31.031 individu, dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Data ini menunjukkan bahwa penguntitan digital masih menjadi masalah global yang serius.
Negara terdampak
Dari data Kaspersky Security Network, pengguna di Rusia, Brasil, dan India merupakan tiga negara dengan jumlah kasus stalkerware tertinggi. Meskipun ada perubahan peringkat di antara negara-negara yang terdampak, masalah ini tetap menjadi perhatian di banyak negara.
No. | Negara | Pengguna yang terdampak |
1 | Rusia | 9,890 |
2 | Brazil | 4,186 |
3 | India | 2,492 |
4 | Iran | 1,578 |
5 | Turki | 1,063 |
6 | Indonesia | 871 |
7 | Amerika Serikat | 799 |
8 | Yemen | 624 |
9 | Meksiko | 592 |
10 | Jerman | 577 |
Lebih dari sepertiga responden global melaporkan telah mengalami kekerasan atau pelecehan oleh pasangan mereka. Stalkerware dan kekerasan digital juga menjadi masalah yang dilaporkan oleh 23% responden. Hal ini menunjukkan bahwa kekerasan tidak hanya terjadi secara fisik tetapi juga melalui dunia digital.
Meskipun ada sebagian yang mengakui telah memasang aplikasi pemantauan pada perangkat pasangan mereka, mayoritas individu tidak menyetujui pemantauan tanpa persetujuan. Hal ini menegaskan pentingnya privasi dan keamanan dalam hubungan.
Laporan ini menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara kedekatan hubungan dan perlindungan privasi. Dengan meningkatnya kesadaran akan keamanan siber, berbagi informasi sensitif seperti kata sandi harus dilakukan dengan hati-hati. Meskipun ada perubahan budaya yang mendorong transparansi dalam hubungan.